Selasa, 25 Desember 2012

“Menjadi Guru”

“Menjadi Guru”

Sabtu 21 Januari 2012 pukul 04.10, kumandang azan yang mendayu membangunkan pagiku. Seperti kebiasaanku ketika di asrama PPSDMS, meski dalam keadaan setengah sadar, aku akan bergegas sholat berjamaah. Udara dingin desa Bojong menjadi godaan tersendiri bagiku untuk mendirikan sholat. Akan tetapi, Puput, adik angkatku, yang berusia 3 tahun dengan penuh semangat menghampiri kamarku dan mengajakku berjamaah dengannya dan kakaknya Fariz (10 tahun). Dia sepertinya sangat senang diajar sholat sejak pertama kali aku datang ke rumah ibu bapak dan mengajak si kecil sholat.
Sahabat, pagi ini selepas subuh, aku mempersiapkan media belajar sambil ditemani senandung almatsurat dari netbookku. Rutinitas yang berbeda dari hari-hari biasanya. Ini adalah hari pertamaku mengajar di SD 2 Bojong, Kecamatan Pamempeuk, Garut. Aku bukanlah seorang guru, tapi dengan seizin Allah, Ia memberikanku kesempatan selama 23 hari menjadi bagian dari 30 pengajar Gerakan UI Mengajar. Sebuah kesempatan untuk berbagi inspirasi dan mimpi. Sebuah peluang untuk mengabdi nyata pada bangsa dari kini, di tengah kesibukan aktivitas belajar di kampus, orbganisasi, dan tentunya dakwah kampus.
Pagi ini kumulai dengan membaca kembali pesan seorang teman
Said Qutb berkata orang besar adalah orang yang memikirkan dan memperjuangkan kebaikan untuk masyarakatnya. Semangat mengabdi, Bu Guru’.
Pesan-pesan semangat dan harapan dari sahabat-sahabatku seperti inilah selalu memberikan spirit tersendiri bagiku. Hingga menjadikan aku berpikir berkali-kali, “apa yang bisa kuperbuat sebagai pengajar disini agar 23 hari kehadiranku bisa dirasakan manfaatnya oleh anak-anakku menuju sekolah yang lebih madani.
Kubuka catatanku dan sebuah harapan besar tertoreh di halaman pertamanya “Menjadi Guru yang dekat dari hati ke hati”. Bismillah Ya Allah. Aku ingat dahulu aku berangan sekali agar anak-anakku bisa meneladani keteladan sederhana Rasulullah. Aku juga berangan agar bisa membantu mereka menjadi pribadi aktif, partispatif, berani bermimpi, kreatif dan mengetahui potensi diri. Aku percaya bahwa segala ketidakberdayaan dan kekurangan kita kini bukanlah hal yang akan menjadikan kitatidak sukses, bahkan seringsekali kekurangan itu yang akan menjadikan kita bernilai dan kuat jika kita bisa menghadangnya. Kesuksesan, semua ditentukan dari apa yang kita citakan, harapkan, percayakan dan usahakan sejak dini.Dan tentunya ditentukan oleh siapa yang menjadi sosok yang berpengaruh dalam hidup kita. Dan aku ingin sekali mereka mencintai Muhammad dan menjadikannya role model mereka.
Menjelang dhuha, akupun mempersiapkan berbagai hal mulai dari konsep hingga teknis untuk merombak kelas 6 menjadi kelas ternyaman dan teasyik bagi anak-anak. Setelah 2 hari sebelumnya mensurvei kondisi sekolah, kelas, dan mencari masalah dan kebutuhan anak-anak, akhirnya aku siap dengan nama kelas bintang, aturan main kelas bintang, MHMMD (Merencanakan Hidup Mengelola Masa Depan) ala Bojong, Presensi Sang Bintang, Papan Prestasi Sang Bintang, Pohon Harapan, ‘nyanyian anak Indonesia’,goyang duyu, dan tentunya mars Kelas Bintang. Kelak kebiasaan menyiapkan media ajar menjadi kesibukanku setiap malam sehabis mengajar ngaji di rumah mang Encuk. Aku akan disibukkan dengan menyiapkan media ajar kreatif yang costless seperti permainan harta karun matematika, kartu urut, kartu gambar, dan yang palin gseru tentunya misi reporter cilik.
Dibanding pengajar-pengajar yang lain rumah kayuku terletak paling jauh ke sekolah, tepatnya di dekat sungai, sedangkan sekolah berada jauh diatas. Hikmahnya, aku mungkin menjadi pengajar yang paling banyak disapa dan menyapa masyarakat sekitar karena rute perjalanan yang lumayan jauh mengharuskan aku bertemu masyarakat Bojong yang lebih banyak dan tentunya rajin menyapa.
Wilujeng Enjing”, sapaku menyapa anak-anak yang saat itu sedang bergegas mendaki bukit kecil, tempat sekolah kami terletak. Sejurus dengan malu-malu mereka meraih tanganku dan tasku. Dalam beberapa hitungan detik, serombongan pasukan anak-anak berbaju pramuka tampak turun kebawah bukit dan menyambutku dan tanganku sambil menorehkan seyum sumringah. Ada rasa yang begitu luar biasa, ketika tanganmu disentuh dan dipanggil bu guru.
Satu hal yang paling kupelajari dari kelas bintang dan desa Bojong, mereka tidak butuh hal-hal besar dari kita, tidak juga materi. Mereka hanya butuh semangkuk dorongan dan kepercayaan dari kita. Mereka hanya butuh kita yang memperlihatkan kepada mereka‘jendela dunia’agar tahu bagaimana hidup ini, bagaimana mereka hidup didalamnya, dan apa peran penting yang bisa mereka bawa. Semua kupelajari dari kelas bintang disaat aku mengajak mereka membuat sendiri aturan main kelas.
Aturan main kelas bintang dibuat hampir 3 jam di pertemuan pertama. Itu semua hasil pemikiran anak-anak setelah hampir 1-2 jam aku menceritakan kisah-kisah orang desa yang sukses mengubah lingkungan dan mencapai cita-citanya. Tentu saja, aku selipkan kebiasaan dari orang-orang hebat itu. Habibie, Soekarno, Hatta, SBY, Thomas Alfa Edison, Bambang Pamungkas, Barack Obama, kisah sukses beberapa temanku dan pastinya Muhammad menjadi daftar playlist tokoh yang menginspirasi mereka hari itu. Setelah berkoar-koar dengan cerita ini, akhirnya mereka secara aklamasi menyebutkan aturan-aturan main yang ingin mereka terapkan. Ada aktif, jujur, membaca sebelum dan sesudah belajar, belajar kelompok, bersih dan rapi , datang tepat waktu, patuh pada kebenaran (bukan patuh pada ibu atau siapa tapi kebenaran yang datang hanya dari Allah ), dan tidak berisik sendiri (tapi boleh berisik bersama dengan syarat untuk belajar) .
Aku tidak berharap dalam 23 hari, aturan-aturan ini bisa menjadi kebiasaan dan akhirnya menjadi karakter mereka. Hanya saja aku berharap ada satu dari mereka yang membiasakan satu saja aturan ini hingga akhirnya menjadi karakter kuatnya di masa depan. Dan orang itulah yang akan menjadi pemuda yang akan mengubah desa Bojong menjadi desa madani.
Mereka Super/26 Januari 2012.Tak disangka, pelajaran penjaskes hari ini adalah mengambil pasir di sungai karena sekolah mau memperbaiki beberapa bagian tempat berwudhu. Dan tentu pekerjanya tak lain tak bukan addalah guru-guru itu sendiri. Sungguh super guru disini kerja merangkap tanpa digaji lembur.
Aku pun menemani anak-anak dengan penampilan yang sebenarnya sangat tidak cocok untuk naik turun dari sungai ke sekolah yang ada di atas . Hari itu dengan seragam hitam dan blezer hitam, sepatu sedikit berhak, aku menemani mereka ke bawah dan tentu ikut bermain pasir sambil bernyanyi Mars Kelas Bintang “Mimpi dan Cita” . Bapak guru terlihat kebingungan denga tingkah saya dan sontak melarang aku, “Adiuh ibu biar teh anak-anak aja”.
Jam 10 hari ini aku begitu lapar walaupun aku sudah tepar pada ronde pertama putaran untuk turun naik dari sungai ke atas bukit sekolah tapi letihnya begitu dahsyat. Anak-anak sepertinya juga tepar tapi wajarlah padahal mereka harus melewati 4 ronde.ha ha
iHari ini aku mendadak diminta menggantikan jadwal mengajar Pak Budi. Awalnya aku sedkit bingung mau mengajarkan mereka apa, disaat sebenarnya mereka begitu lelah harus mengangkut pasir dan juga bermain sepakbola setelahnya. Untunglahku memilki persediaan mengajar yang seharusnya diajarkan minggu depan. Kotak ajaib yang berisi kartu urut pecahan berwarna warni akhirnya menjadi senjataku untuk media hari ini. Walaupun sebenarnya aku was was menagajarkan mereka dikondisi melelahkan seperti ini ditambaha 50 % mereka masih belum bisa perkalian 1-5, tapi entah mengapa aku percaya para bintang, siswaku di kelas bintang pasti sanggup mengerjakannya. Tampak mereka begitu antusias mengerjakan misi kartu urut yang tampak menarik di hadapan mereka. Waktu 40 menit kuberikan ke mereka untuk mengerjakannya dalam kelompok.
Dan tentunya aku mengingatkan ke mereka tentang pentingnya pemilihan leader, “ayo anak-anak kalau di dalam kelompok, yang pertama kali harus ada apa??. “pemimpin, ibu, jawab mereka. Hmhm senang rasanya mereka ingat dan masih begitu mengingat perlunya pemimpin seperti yang kuajarkan beberapa hari yang lalu. “Ayo berganti jadi pemimpin ya..gak boleh sama seperti kemaren. Harus kita pergilir…..”kan.”, tambah mereka.
Semua berpacu dalam misi. Akupun senang dengan pola kelompok ini karena setiap anak yang berkemampuan dalam matematika telah kuajarkan untuk mengajarkan yang lain, dan bukan membantu mengerjakan. Dan dengan inipun aku bisa fokus membantu secara one to one ke anak-anak yang masih jauh kemampuannya. Hari ini aku tidak bisa bernafas sama sekali. Karena segera setelah selesai berkunjung ke satu kelompok untumengajarkan anak yang paling belum bisa, aku akan mendapat panggilan dari kelompok lain. Tak henti. Mereka termakan kata ‘malu bertanya sesat dijalan’.
Hari ini setelah sholat berjamaah di mesjid, kami makan bareng sebelum sekolah siang. Seperti biasa lauk mereka adalah mie. Disayangkan memang, karena kemaren dan kemarennya lagi hampir 90% dari mereka membawa mie. Tapi dibawah kesederhanaan itulah rasa sayang dan keakraban kami terbentuk. Semangkuk mie cinta.
03 Februari 2012.Sahabat, Jika kemaren aku merasa begitu karena beberapa anak membuat rusuh di kelas ,kini aku merasa begitu bahagia…..hari ini semua anak kelas bintang membaca buku sebelum masuk kelas. Ajaib. Dari hanya 1 yang membaca di hari pertama aturan main dijalankan terus, 8,16, 18, 19, 22, 16, 19, 24. Aku suka angka 24.ajaib tuk anak-anak yang tidak suka membaca buku
Kebiasaan membaca di kelas bintang menjadi kebiasaan paling bertahan bahkan hingga kini disaat aku tak lagi disana. Semua karena kekuatan saling menasehati dalam kebaikan dari anak-anak sang bintang, kekuatan Alashr.
Demi masa. Sungguh, manusia berada dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan serta saling menasehati untuk kesabaran (AlAshr 1-3)
Sedari awal aku telah merasa khawatir untuk hari ini, hari-hari terakhir, dan hari disaat kelak aku meninggalkan desa ini. Aku takut mereka melupakan mimpinya, aku takut tak kan ada lagi kobaran semangat mereka, aku ingin semangat dan impian, dan semangat pantang menyerah selalu berkobar dari hati mereka. Aku pun menanamkan kebiasaaan saling mengingatkan, membantu, dan menasehati teman dalam hal kebaikan ibarat gelas berisi air yang harus terus dibagi agar tidak tumpah.
Kelak, Hari-hari setelah kepergianku, selalu ada saja laporan dari beberapa anak yang kutunjuk sebagai asisten dan mata-mataku . Yang nyonteklah, yang tidak baca buku, yang tidak bersih dan rapi, mereka melaporkan perkembangannya. Dan tentu aku akan selalu memberi kesempatan pada asistenku untuk menasehati temannya sembari aku menitipkan pesanku untuk yang melanggar aturan main. Pesan kasih sayang dan harapan, tentunya.
Minggu-minggu terakhir ini pun, aku kunjungan ke beberapa rumah anak-anakku. Rumah anak-anak yang butuh pendampingan khusus adalah rumah yang paling pertama kukunjungi. Dari pertemuan itu, aku tahu bahwa mungkin mereka keliatan tidak pintar untuk mata pelajaran seperti matematika di kelas tapi mereka sangat pintar di hal-hal yang lain. Pintar seni musik, tari, gambar, sepak bola, public speaking, unterpersonal skill, dan menulis. Dan mereka dengan kemampuan skill luar biasa ini yang mungkin tak pernah diliat orang lain sebagai sebuah kelebihan, hampir semua mereka bercita sebagai dokter.
Aku pun mengunjungi rumah-rumah yang bintang kelas, merekalah yang kelak menjadi asistenku. Yang secara rutin melaporkan keadaan personal, kelas, dan sekolah hingga saat ini.
Hari terakhir kepergianku. Aku tidak bisa untuk tidak menagis tapi aku tidak pernah mengucurkan air mata karena perpisahan ini. Justru aku menangis bahagia disaat hari terakhir perpisahan aku menanyakan kabar cita-cita mereka. 19 dari 24 anakku kini berani bermimpi untuk melanjutkan kuliah padahal hanya 1-2 yang mau kuliah saja adalah keajaiban di desa ini. Ari tetap saja kekeh hanya akan SMP. Sedangkan Mila, Agung, Ade, Anggi mau sampai SMA. Padahal di SD ini di desa ini tamatan SMP adalah hal yang ajaib apalagi jika kau berani bermimpi lebih. Ya, inilah ceritaku terlalu banyak cerita inspiratif yang ingin kuceritakan tentang desa Bojong, tentang anak-anaknya yang berjuang dalam keterbatasan, tentang orangtua yang begitu berharap pada anak-anaknya. Dan aku yakin semua kita pasti memiliki cerita inspiratif asalkan kita melibatkan hati dan tekad untuk melakukan sesuatu perubahan disana. 




Teruntuk anak-anakku yang kusayangi karena Allah dan RasulNya: Eca, Reza, Sindi, Anggi, Nuri, Uci, Nurul, Reli, Ari, Ade, Winky, Anggun, Mila Y.A, Agung, Rifal, Nina, Siti, Wida, Cika, Ipar, Imam, Minarti, Susi, Mila.K. Kelas Bintang!!!!! Yes, We are Stars……:)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar