Sabtu, 04 Februari 2017

Perasaan yang terabaikan

Perasaan yang terabaikan

“Diaaam !.. diam mama bilang! Cengeng banget sih gak berenti berenti nangis dari tadi.. Kalau mama sudah gak sabar nanti mama pukul kamu! “
“Tau kenapa mama gak suka sama kamu?, kalau nagis lama,  dibilangin gak denger, gak kayak adikmu!, faham,,?” Ujar  bu Tini pada anaknya yang sulung berusia 5.5 tahun sambil mendorong kepala anaknya…
Terkesan familiar ?
Bukan hanya bu Tini tapi banyak ibu ibu lain sering sekali merasa tak mampu mengendalikan emosinya menghadapi anak anaknya, tanpa tahu mengapa mereka merasakan seperti itu. Umumnya bila sudah marah panjang lebar bahkan melengkapinya dengan nolak kepala seperti yang dilakukan bu Tini, ada juga dengan mencubit bahkan memukul, mereka  umumnya menyesal bahkan gak jarang menangis dikamar tidur nya.  Apalagi kalau sudah malam, semua sudah tenang dan dia mengamati atau memandangi  anaknya yang pulas tertidur dan nampak benar keluguan dan kepolosannya..
“Ya Allah kenapa aku marahi dan pukuli anakku ya Allaaah”, keluhnya sambil menciumi anaknya sementara air mata terus berurai.  Penyesalan tak pernah datang diawal….

Beginilah jadinya bila tak ada persiapan.
Umumnya, jarang sekali  ayah dan ibu memiliki kesiapan atau dipersiapkan oleh orang tuanya  untuk menjadi orang tua.  Kalau dulu, ketika beban pelajaran belum seberat sekarang dan jam belajar belum lagi diatas 8 jam sehari, anak anak masih punya kesempatan untuk bersama dengan  anggota keluarga dirumah. Sehingga kalau tidak terlibat dalam membantu kakak atu tantenya yang punya anak kecil, anak anak masih  dimintai tolong untuk membantu mengasuh atau menolong adiknya.
Tapi situasi kini jauh berubah. Anak anak sekolah pada usia yang lebih dini, mata pelajaran yang padat, jam belajar yg panjang dan tugas sejibun. Pulang, lelah jiwa raga. Main games, nonton TV, kerjakan tugas lalu tidur. Jarang ada kesempatan  untuk dialog dan bercengkrama dalam keluarga. Apalagi kalau kedua orang tua bekerja pula dan pulang selalu lebih telat dari waktu anak tiba dirumah. Bayangkan !

Tiba tiba tak terasa anak sudah lulus sekolah menengah, mahasiswa atau sudah jadi sarjana dan waktu menikahpun tiba. Dari mana ada persiapan menjadi suami istri, apalagi ibu dan ayah?. Tahu tahu punya anak saja. Karena kurang pengetahuan, sengaja atau kesundulan: ada dua balita dalam keluarga . Huih!
Apa yang paling hilang dari  pengasuhan seperti yang diuraikan diatas adalah kesempatan untuk mendengarkan perasaan anak. Andainya saja orang tua tahu, bagaimana pentingnya perasaan itu perlu didengarkan, mereka akan berjuang untuk punya waktu dan berdialog dan membicarakan soal “rasa “ dengan anaknya .

Bisakah anda bayangkan, apa jadinya dengan anak bu Tini diatas yang sejak usia balita ibunya suka berteriak, marah, memerintah (Diam!), mencap (Cengeng banget), mengancam (mama pukul nanti), menyalahkan ( Gak suka sama kamu, gak denger), membandingkan ( gak kayak adikmu)??..
Apakah cara pengasuhan seperti ini, memungkinkan  bagi orang tuanya untuk menunjukkan perhatian dan memperdulikan perasaan anak nya?. Kemana anak ini akan membawa atau mengadukan derita rasa atau jiwanya  kalau orang tuanya terus menerus menggunakan cara pengasuhan serupa ?
Itukan baru sekali!, biasanya berapa kali dalam sehari? dan sudah berapa lama ..? Itu anak siapa ya?

Jadi bagaimana ya kalau nanti dia jadi ibu atau ayah pula?.Bila  orang tuanya terbiasa kalau marah seperti itu, tidakkah anak ini akan mengulang semua apa yang dia terima ini dengan OTOMATIS  terhadap anaknya pula nanti ?.
Berkata seorang ahli : “Hati hati mengasuh anakmu. Perbaiki pola pengasuhanmu sebelum anakmu baligh. Karena engkau sedang salah mengasuh cucumu!”.

Bagaimana mungkin ?

Bagaimana mungkin merubah cara mengasuh, kalau kita :
1.Tidak menyadari bahwa pola asuh yang kita  lakukan adalah pengulangan otomatis dari apa yang diterima dulu  dan belum mampu memutus mata rantainya .
2.Tidak mengenali pola asuh yang bagaimana yang terjadi dengan pasangan kita, mengapa dia suka bersikap dan memiliki cara pengasuhan bahkan cara berfikir yang berbeda dengan kita?. Mengenali  dan menyesuaikan diri dengan semua perbedaan itu tidaklah mudah, biasanya memerlukan waktu 5- 10 tahun. Tergantung bisa didialogkan  dan mau mencari pertolongan ahli atau tidak, bisa  dicari titik temu atau tidak. Sementara anak nambah terus…Marah sama pasangan- anak yang jadi korban iya  kan ?
3.Apalagi kalau pernikahan itu sudah bermasalah dari awal, tidak disetujui kedua belah pihak, atau hanya sebelah saja, ada kesalahan dilakukan sebelum perkawinan yang menimbukan  penolakan dari salah satu keluarga atau anggotanya.
4.Tidak mengerti sama sekali tahapan perkembangan  dan tugas perkembangan anak : Usia sekian anak harusnya sudah mampu melakukan apa dan bagaimana merangsangnya.
5.Tidak faham bahwa  bahwa otak anak  ketika lahir belum bersambungan dengan sempurna, sehingga kemampuannya terbatas, dan banyak hal mereka belum mengerti. Begitu sambungan mencapai trilliunan pada usia 2.5 tahun, anak mulai  belajar menunjukkan dirinya. Tapi ketidak fahaman membuat orang tua mematahkan semangat anak dan tidak memberinya kesempatan untuk mengembangkan kemampuannya dengan sering menjadi :ayah atau mama “sini” : Sini mama bantuin, Sini ayah tolongin…
6.Begitu anak sudah 4 tahun bisa berpura dan berkhayal dikomentari : Bohong, mengada ada dll. Atau bila mereka memberikan pendapatnya orangtua mengatakan “dia sudah bisa membantah dan tidak patuh lagi “. Hoalllah…kasiannya tuh anak!
7.Orang tua tidak tahu bahwa :
Pusat perasaan diotak, berkembang lebih dulu dari pusat kognitifnya. Karena terburu buru ingin anak jadi pintar dan masuk sekolah, usia dini sudah dileskan Calistung, usia 6 tahun masuk SD. Kadang kadang ini dilakukan karena dirumah sudah ada 2-3 adiknya !.
8.BKKBN  dan Kelompok Neurosaince Terapan pernah menyarankan agar dihindari sedapat mungkin untuk ada dua balita dalam keluarga, karena sangat mengkonsumsi  jiwa, pikiran dan tenaga ibu. Apalagi kalau kedua oang tua bekerja  dan anak di “subkontrakkan” kepada orang lain. Bayangkan apa jadinya dengan anak itu? .
Jika  anak saja tidak mendapatkan  kesempatan untuk  didengarkan perasaannya apalagilah ibunya?

Mengapa fungsi berfikir ibu  jadi terganggu?

Bagaimana tidak, kalau ibu mengalami semua 8 masalah diatas?.
Seorang ahli mengatakan bahwa bila seseorang sedang secara fisik sangat lelah, maka emosi mudah naik, sehingga bagian berfikir diotaknya menjadi sempit dan fungsi berfikir terganggu. Kelakuan  didominasi oleh emosi. Kesadaran dan penyesalan  akan muncul belakangan setelah emosi reda, letih berkurang .

Katherine Ellison, dalam bukunya The Mommy Brain menceritakan hasil risetnya bertahun tahun, bahwa ibu yang  baru melahirkan itu normal bila dua bulan pertama mengalami apa yang disebutnya : “Amnesia keibuan, atau pikun kehamilan”. Hal ini terjadi oleh karena kekacauan kimiawi saat hamil dan melahirkan ditambah dengan rasa sakit, kekurangan tidur dan keharusan  untuk belajar banyak hal sekaligus tentang mengurus, bayi, diri sendiri dan tetap memperhatikan lingkungan. Bila anda lengah sekejap saja, bia menimbulkan  akibat yang sanga mengerikan . Allison mengemukakan juga bahwa di Inggris keadaan ini disebut sebagai : Otak Bubur, di Australia  : “Otak Plasenta” dan “Otak mami” di Jepang . Bayangkanlah kalau di bulan ketiga ibu ini sudah hamil lagi…

Jadi untuk membantu bagaimana agar  ibu “Tidak emosian” dalam mengasuh anak anaknya, semua orang disekitarnya, terutama para ayah dan orang tua hendaknya mengerti akan 8 hal yang  umumnya dihadapi oleh seorang ibu berikut “amnesia atau pikun keibuan” diatas dan jangan abaikan perasaannya .
Diatas segalanya, ibu itu sendiri  harus mampu mengenali dirinya dan berupaya memahami sepenuhnya serta berdamai dengan masa lalunya dengan memaafkan semua yang terjadi.Selain itu ia harus berusaha mengerti apa yang terjadi dengan pasangannya dan orang disekitarnya.Jangan karena tak mau berdamai dengan sejarah hidup, kesal dengan orang sekitar :suami dan anggota keluarga, anak yang dijadikan korban.
Anak tertekan, tak dimengerti dan tak didengarkan perasaannya adalah bencana di hari tua dan akhirat anda..

Dari risetnya tentang otak para ibu, Allison menunjukkan bahwa dengan menjadi ibu anda menjadi lebih pintar dan cerdas dari apa yang kita fikirkan!.Ada lima sifat otak yang dirangsang oleh bayi anda: Persepsi, Efisiensi,Daya tahan,Motivasi,dan Kecerdasan emosi..
Jadi apalagi dear ? : manfaatkan Mommy Brain anda.
Selamat berjuang untuk menyelesaikan urusan dengan diri sendiri  sebelum anda menyelesaikan urusan anak dan keluarga anda. Putuskan mata rantai itu.
Mulailah dengan belajar mendengarkan  dan menerima perasaan anak anda…
Selamat Berbahagia ..
Luv u all

Bekasi 18 Desember 2015
Elly Risman

#ParentingEraDigital

Silahkan dishare bila dirasa bermanfaat.

Bayangan itu:): “Rabbana ma khalaqta hadza bathila”.

Oot ya....scara bukan anak geografi tp penasaran aja dgn "manfaat bayang2" yg dimaksud di Alquran.trus nemu artikel mnrik.gak paham sih...tapi amazed aja pas baca nya,,,,saking gak ngertinya,tp kelihatn sinkron sama ayat dibawah.siapa tahu ada yg punya ilmunya dan bsa share


http://personal.fmipa.itb.ac.id/moedji/2014/04/16/manfaat-bayang-–-bayang-oleh-matahari/


Gegara ni ayat bikin penasaran 👇🏻


     Dan apakah mereka tidak memperhatikan suatu benda yang diciptakan Allah, bayang-bayangnya (zhilaaluhuu) berbolak-balik ke kanan dan ke kiri, dalam keadaan sujud kepada Allah, dan mereka (bersikap) rendah hati.QS an Nahl 16:48

•Dan kepada Allah tunduk siapa saja yang di langit dan di Bumi dengan patuh atau terpaksa, dan bayang-bayang mereka (tunduk) di waktu pagi dan petang. QS 13 ayat 15

ada juga surat Alfurqan 44-45.....

ada juga bbrp artikel sederhana yg mnarik kalau mau googling

intinya dgn mlihat bayang2 yg sederhana di bumi ni doank,kita bisa tahu adanya lautan langit yg luas (yg gak pernah kita tahu sblmnya) bhkn kita bsa tahu berapa skitrn luasannya langiiiiit ,planet2,bintang2 tanpa mesti pernah ksana

kerasa banget pesannya "bayang2 nan rendah hati"

#just for sharing n OOT✌🏻️✌🏻✌🏻😁

Muslimah itu pada Pangeran Musa nya ( The moeslimah to her Mose's)

I just wonder when I recite again history Musa and his journey back to Fir'aun Kingdom...

Remember?that He went together with his wife.(And hey my sisters Muslimah, plese put our shoes in her)

Remember!?When Moses said to his wife ...."

[Mention] when Moses said to his family, "Indeed, I have perceived a fire. I will bring you from there information or will bring you a burning torch that you may warm yourselves."|An naml :7


One word come to my mind;Ya Allah,its really desparate condition...

poorly,,,when you hope a torch to warm. meaning you are in a poor condition

Imagine and please ask whether such muslimah still exist todays.When a Moses, (was) a 'son' of King, a prince is coming to you..But when marrying u,he is no longer "Prince"...,just a man

But for his wife,Moses is chosen not because of the title of prince;but just 'a simple man' who become prince because of his simple kind characteristics (that not many people have)...And its a mirror of his deen

And when you choose someone because his 'deen',even a huge terrible condition couldnt change ur love to "Him"

Realizing that such facts really is happening now in my surrounding and its not an easy "When u still believe someone that only can effort 'a torch' "


His (Moses) wife is totally high quality.Couldnt imagine anymore:(
:)

Alhamdulillah in His Book

I am just trying to understand why the kalimah "Alhamdulillah" start all this 6 surah,,,every single of this surah have unique history. I am still connecting the puzzle. ll share with you, sobat, once i can see 'the light' :)


And you. Whats in your mind?Lets share

1. Al-Fatihah

الْحَمْدُ للّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ
“Segala Puji bagi Allah, Tuhan seluruh alam” (QS.Al-Fatihah:2)

2. Al-An’am

الْحَمْدُ لِلّهِ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضَ
“Segala puji bagi Allah yang telah Menciptakan langit dan bumi.” (QS.Al-An’am:1)

3. Al-Kahfi

الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي أَنزَلَ عَلَى عَبْدِهِ الْكِتَابَ
“Segala puji bagi Allah yang telah Menurunkan Kitab (al-Quran) kepada hamba-Nya.” (QS.Al-Kahfi:1)

4. Saba’

الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي لَهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ
“Segala puji bagi Allah yang Memiliki apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi” (QS.Saba’:1)

5. Fathir

الْحَمْدُ لِلَّهِ فَاطِرِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ
“Segala puji bagi Allah Pencipta langit dan bumi.” (QS.Fathir:1)

My new home

Its a blessed thing when i can stay here,rumah nenek anati. Every single day, i always take many lesson from nenek (80years old grandma). A lesson of life. About history. About how we are in the future. And what need to prepare to have good seed..

Even we just stay both together (i am only the one who rent her "homey house"),i never feel lonely... Her house and home and her is a complete package present for me....

A old grandma,who have inspiring father and mother,who follow path that Allah gives to her and her family...Full of calamity and struggle....

An old nenek, who always be productive since young until now...Who doesnt have free time,always share to others,what she have,knowledge,material,immaterial and inspiring.

Its house is busy house. A day to day student come in and out to take a lesson...

Or even his feet go far away to meet youngsters and share the Knowledge.


Nenek,who believe the "true wealth" is what make us more closer to Allah

Nenek,who have successful family,that make she never being worry left their lineage....


-My new house,Petailing Jaya Street,KL-



Sent from my iPhone

Selasa, 13 Desember 2016

CaraNya Mencintai

Saya pernah berada dalam momen dimana semua "aman". Tidak ada pergolakan,semua "aman". Semua serba cukup.Semua "ada".Tidak ada perbedaan.Tidak ada kesulitan. Tidak ada masalah...


Namun saat itulah Allah mnjadi tidak ada. Sujud tetap,bibir berzikir tiada luput,tapi ia kosong.Ia sekadar ritual karena tidak ada yang sedang dikorbankan dan dijuangkan... 

Justru rintangan,perbedaan,dan masalah adalah nikmat. Nikmat disaat kita yang lupa akan ingat padaNya.Kita yang ingat makin cinta padaNya.Kita yang kufur menjadi syukur .

Kesulitan adalah tanda kemudahaan untuk mencintaiNya..
Sungguh mencintaiNya dalam mudah itu sulit.Kita manusia,sering lupa...

Maka tak salah dalam lika liku hidupnya Rasulullah tak pernah sedih dengan deritanya.Karena kecup cinta selalu dan semakin menanti untuknya

Cara Allah begitu banyak untuk mncintai kita,tapi mungkin hanya ini caranya kita mampu mencintaiNya

Dan diantara tanda kebesarannya,Dia memperlihatkan kepada kalian kilat agar kalian takut dan penuh harap dengan hujan.Lalu Dia turunkan hujan dan Dia Menghidupkan dengannya bumi yang sudah mati.Sesungguhnya ini adalah tanda bagi kaum yang berpikir (Ar-rum:24)

Asrama untuk Mahasiswa Penghapal Alquran,IQF

Saya sedang membayangkan bagaimana kiranya saat itu saya tidak pernah "disana",ditempat yang saya sebut "tempat kembali"

Ya..Saat ini saya sedang berada dalam titik paling jauh dari Alquran,sejak saat pertama kali saya mengenal "tempat kembali". Ini..Saat rasa "cinta" pada nya terasa hampa...Saat saya memaksanya untuk merindu dikala tilawah,namun hambar tak merasuk jiwa.Ah,tilawah saja susah,apalagi menghapal,muraja'ah dan tadabbur....Alam bawah sadar ingin dan merindu...Ia lah panggilan dari "tempat kembali"..Tapi hati mengeras karena dunia yang lebih banyak menemani...

Tapi selalu saja "tempat kembali" itu membayangi,dan setidaknya membuat hati yang terasa makin mengeras ini,dipaksa lembut,kembali kepada Nya

Tak pernah terbayangkan jika "tempat kembali" itu tidak pernah saya kenal.
Apakah hati yang sedang mengeras ini,masih bisa tersadar,terdorong,walau sangat lambat untuk tersentuh padaNya

"Tempat kembali" ini,rumah yang mengenalkanku akan rumah yang dicita bernama Surga,ialah rumah mereka yang bermimpi menjadi Hafidz/ah dan menjadi pemimpin masa depan dengan profesi kelak yang digeluti...*IQF*

Bukan sekadar penghapal quran,tapi yang menjaganya dan menjadikannya hidup (tak terabaikan atau mahjuura) dan nyata dalam kehidupannya ,kehidupan masyarakatnya,di setiap sendi sistemnya...

Ahh,,,beratnya cita itu jika kupikir lagi...Apalagi hati ini sedang mengeras...Mengurus diri sendiri agar patut dicintaiNya,agar Alquran itu hidup pada dirinya saja,masih sangat jauh...

Ya Allah adakah aku kembali kepada keburukan setelah engkau beri "tempat kembali"???


"Tempat kembali" yang aku bermimpi lebih banyak lagi yang mampu mencicipinya...Agar setidaknya lebih banyak mimpi-mimpi dan tangan-tangan yang berjuang agar Alquran itu hidup kembali di tengah masyarakat ini...

Semua dimulai dari mengenalnya,bercengkrama,bersahabat,menghapal,mencinta,dan kemudian menjadi nafas dalam setiap langkah kehidupannya...Apapun profesinya kelak...

-----

Sobat, tepat 3 tahun yang lalu; dimulai dari September 2013 hingga setahun lamanya,saya mengenal "tempat kembali" ini. Namun,jika diingat,setahun itu adalah setahun terberat dari seluruh tahun2 yg pernah dihadapi. Penuh perjuangan untuk setiap yang berada disana...Dan setiap kami memiliki perjuangan yang berbeda beda..

Salah satu perjuangan dari sekian perjuangan saya adalah "agar bisa bertahan dirumah sewa ini setidaknya untuk setahun".

Alasan yang cukup materialisik,tapi cukup menjadi batu kerikil..

Setelah tamat di Agustus 2013,saya "berjanji" kepada orangtua saya agar tetap mandiri  ,walau tanpa beasiswa,walau tanpa "lamaran kerja dan kerja",namun mesti tetap "belajar"...hidup dan membantu orangtua

300ribu untuk membayar sewa rumah saja tiap bulannya,menjadi perjuangan besar bagi saya..Padahal dahulu disaat berkuliah dengan banyaknya beasiswa,nominal itu sungguh tak berarti...Bahkan saya pernah ngkos diatas harga itu ditahun 2010 dan biasa saja mengeluarkannya...


300ribu menjadi sangat berarti. Dan pekerjaan menjadi asisten dosen,mengajar saya geluti,asisten peneliti.Pekerjaan sambilan yang bisa kompromi dengan masa "belajar saya yang kedua",namun tetap mandiri

300ribu,sungguh nilai yang berharga.Walau saat itu saya harus memutar otak juga agar mampu memenuhi kebutuahn sehari2...

300ribu,disaat itu kami belum memiliki rumah tetap.Dimana saya dan teman2 bisa tenang dalam   mengenal Alquran...

Ah,jadi teringat kisah salah satu junior sekamar,yang setelah beberapa bulan keluar karena kendala dana dari orangtua...

Aku ingat sekali saat ia bercerita susahnya menghapal jika tak berada dilingkungan "tempat kembali",dimana Alquran itu hidup 24jam,jika bukan dari mulutku setidaknya dari teman2 yang lain..."Ada musyrifah yang bahkan dalam letih dikala malam,masih bisa dipanggil untuk sekedar mengoreksi...Tempat yang sebelum subuh sudah ada yang membangunkan dengan murajaahnya...Tempat kembali" selalu hidup dengan Alquran..itulah arti sebuah rumah ini bagi kami

Seandainya saja kami punya rumah "tempat kembali" yang tetap...Tentu setdaknya 1 batu kerikil ini tak menghalangi


Hari ini,saya ingin mengajak sobat2 saya disini,membantu kami. "Kami" yang ingin sekali punya rumah "tempat kembali".
Saya yang setidaknya ingin sekali waktu dan keringat untuk 300ribu itu tidak lagi menghantui adik2 kita...


Saya bermimpi tidak ada lagi kerikil 300ribu itu bagi mereka yang berada di tempat kembali *IQF*

Menjadi hafidzah masih jauh dari saya,,mungkin dari sebagian sobat juga ada yg seperti saya...Dunia telah menggelumuti...

Tapi seandainya kita masih jauh dari itu...
Biarlah tangan ini mewujudkan cita cita mereka
Mereka yang azam dan cita nya sungguh kuat pada Alquran...
Mereka yang ingin sekali Alquran hidup di dadanga dan menyebarkan kebaikannya dibumi

Biarlah jika bibir dan dada kita belum mampu,,,
setidaknya tangan ini mampu menyisihkan 1 kerikil mereka
Biarlah tangan dan keringat kita yang berjuang menyisihkan sedikit rezeki...
dan menitipkan pada mereka...

Para MAHAsiswa Penghapal Alquran