Selasa, 25 Desember 2012

Edukasi Melek Finansial untuk UMKM Indonesia

Edukasi Melek Finansial untuk UMKM Indonesia

April 2012, HIPPI (Himpunan Pengusaha Pribumi Indonesia) melakukan penandatanganan nota kesepahaman (MoU) untuk kerjasama dalam 3 bidang dengan Kementerian Perindustrian. Salah satu nota ini berisi tentang pendirian modal ventura yang diharapkan akan membantu akses permodalan bagi Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) yang bergerak di bidang perikanan, industri kreatif yang masih mempunyai akses  terhadap lembaga keuangan yang ada

Akan tetapi, di mata sebagian pengusaha UMKM  yang mengalami kesulitan akses keuangan, ada tidaknya  modal ventura seperti ini mungkin saja  tidak memberikan pengaruh signifikan. Keterbatasan melek finansial. Itulah kendala yang dihadapi UMKM sehingga mereka tidak mampu dan tidak tahu cara mengakses pelayanan lembaga keuangan. Ironi memang,  paradoks ini  justru terjadi di negara  yang jumlah UKM (Usaha Kecil Menengah) di Indonesia mencapai lebih dari 99% total industri dalam negeri ini.

Dalam hal meminjam uang masyarakat kesulitan lantaran kurang informasi, kurangnya legal aspek, tidak memiliki track record yang memadai untuk bisa meminjam dana, serta kultur sosial tidak mendukung.   Hal ini dapat diminimalisir jika UMKM  melek finansial.

UMKM dengan pemahaman melek finansial yang rendah cenderung tidak merencanakan keuangannya di masa depan, berhutang dengan bunga tinggi, memperoleh aset lebih sedikit, berpartisipasi rendah di lembaga keunagan formal

Lalu bagaimana tingkat melek finansial Indonesia dan UMKM sekarang ?? Bank Indonesia (BI) mengungkapkan Indonesia merupakan negara yang memiliki tingkat financial inclusion (melek finansial) yang paling rendah dibandingkan dengan negara-negara lain. Lebih kurang ada 52 juta UMKM  yang buta finansial.

Paradigma yang terlihat di pemerintah  masih cenderung pada bagaimana menyediakan pembiayaan dan manyalurkannya. Sedangkan UMKM masih cenderung pada bagaimana mendapatkan pembiayaan tersebut dan terkadang lupa bagaimana mengelolanya dengan baik agar dapat mengembalikannya dan meningkatkan aset usahanya. Akan tetapi, lagi-lagi keterjangkauannya pun terbatas pada nasabah yang telah memilki akses. Keterbatasan SDM untuk memberikan edukasi finansial dan kesulitan menjaring derah dan  populasi 240 juta masyarakat Indonesia menjadi alasan.

Alih-alih mahasiswa sibuk menuntut sumber pembiayaan untuk memberdayakan industri UMKM, mahasiswa sebenarnya bisa mengolaborasikannya dengan memberikan edukasi dasar keuangan kepada UMKM terlebih dahulu. Mulai dari memberikan mindset dan cara pikir cerdas mengenai menabung, investasi, dan mengelola keuangan dari kegiatan pemberdayaan masyarakat yang sering diadakan mahasiswa.

Menurut Mike Rini, Financial Advisory dari PT MRE, sadar atau tidak, mahasiswa berpotensi menjadi pasokan SDM dalam meningkatkan tingkat entrepreneurship dari UMKM. Dan ini dimulai dari kontribusi mengubah mind setting masyaakat yang tidak melek finansial menjadi melek finansial. Apalagi 2015, Indonesia dan UMKM-nya menghadapi MEA (Masyarakat Ekonomi ASEAN) yang tentu mendesak UMKM untuk mampu bersaing dan menyiapkan bekal pemahaman finansial lebih lagi.

Bangsa besar mampu maju karena kualitas dan mutu pendidikan yang tinggi, tak peduli keterbatasan yang menjadi potensi-potensi penghambat. Dengan pendidikan finansial yang baik,manusia-manusia yang ada di dalamnya mampu berakselerasi dalam mengelola potensi fisik dan nonfisik mereka.

Tak heran jika negara maju mampu bermanuver sangat jauh karena mereka punya senjata yang kuat, yakni melek finansial yang bermutu. Itulah senjata paling ampuh untuk melawan musuh bersama bangsa ini yang menjelma menjadi banyak bentuk, kemiskinan, besarnya biaya demokrasi,kelaparan, dan sebagainya.


Rahma Suci Sentia
Akuntansi 2009 FEUI
Kepala Kompartemen Kerjasama dan  Permodalan HIPMI-UI
Pelopor Gerakan Indonesia Melek Finansial (IMF)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar