Sabtu, 16 Maret 2013

Public Health Journey #1


Public Health Journey #1


ANGGRAINI SARI ASTUTI


Kesuksesan berawal dari mimpi.

Setiap orang pasti mempunyai pengalaman dan cerita hidup yang berbeda-beda. Setiap pengalaman dan cerita itu diharapkan bisa menjadi inspirasi bagi dirinya sendiri dan akan lebih baik lagi jika dapat menginspirasi orang lain. Tema pengalaman kepemimpinan diri mengarahkan saya untuk bercerita tentang pengalaman selama menjadi mahasiswa. Mungkin pembaca bertanya-tanya, mengapa saya membubuhkan angka satu di belakang judul. Semoga pertanyaan itu akan terjawab dari cerita ini.

Tahun Pertama: Find Your Passion
Cerita ini dimulai ketika saya diterima di FKM UI untuk kemudian belajar mengenalinya. FKM adalah singkatan dari Fakultas Kesehatan Masyarakat. Saya beruntung dapat menimba ilmu di bidang kesehatan masyarakat. Namun, kadang aneh rasanya jika saya berkuliah di sini—di fakultas yang mencantumkan kata masyarakat—tetapi belum memiliki pengalaman bersama masyarakat. Oleh karena itu, saya selalu berusaha untuk mengikuti kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan masyarakat. Banyak yang saya pelajari di sini, tidak hanya teori melainkan juga ilmu yang sangat aplikatif. Saya bertemu dengan banyak orang yang memiliki latar belakang yang berbeda-beda mulai dari tingkat sosial ekonominya, usia, jenis kelamin, agama dan kepercayaan, hingga aturan dan perilaku-perilaku yang terkait dengan kesehatannya.
Bagi saya pemimpin yang baik dimulai dari bagaimana kita memimpin diri kita sendiri. Tahun-tahun pertama saya kuliah adalah tahun pencarian passion saya. Banyak hal yang ingin saya lakukan dan ikuti saat itu. Saya pernah bergabung dengan beberapa organisasi dengan fokus isu yang berbeda-beda, seperti organisasi yang bergerak di bidang lingkungan, organisasi di bidang kewirausahaan, dan organisasi sosial lainnya. Hal yang unik dalam diri saya adalah keberanian dan semangat yang tinggi. Keberanian membuat saya tidak takut untuk mencoba hal-hal baru. Sementara itu, semangat yang tinggi selalu membuat saya tidak mudah menyerah dan optimis terhadap semua yang saya lakukan.
“Tak seorangpun dapat meningkatkan taraf hidupnya tanpa mengambil risiko.” (Paul Hanna)

Foto 1. Edukasi 3R untuk Siswa SDN Pondok Cina 03
(Dok. Anggraini Sari Astuti)

Tahun pertama saya habiskan dengan perjuangan yang dimulai dari nol. Keluarga saya tidak pernah mengalokasikan dana khusus untuk pendidikan saya. Saya harus berjuang untuk mampu membiayai seluruh kebutuhan saya selama kuliah dengan hasil keringat saya sendiri. Saya mulai mendaftar kerja sampingan di sana-sini, mengikuti jejak senior, melamar untuk menjadi guru privat atau guru di lembaga bimbingan belajar tertentu. Sementara itu, selama di kampus, saya berjualan pulsa dan menjual makanan ringan kepada kawan-kawan sesama mahasiswa. Saya ingat sekali bahwa saya pernah berjualan risoles, tahu isi, bihun goreng, sampai puding cokelat buatan nenek saya. Untuk menarik pembeli, saya memberikan nama-nama unik untuk setiap produk yang saya jual, seperti risoles CLBK (Cinta Lama Bersemi Kembali) dan Puding Jatuh Cinta.

Tahun Kedua: Create Your Target and Keep Believing!

Orang yang sukses biasanya memahami rasa sakit.” (Paul Hanna)

Saya sadar bahwa saya dibiayai oleh pemerintah untuk menjadi salah satu mahasiswa di Universitas Indonesia. Saya mendapat beasiswa hingga lulus berikut uang saku per bulan. Itulah yang membuat saya merasa harus berkontribusi selama menjadi mahasiswa. Saya terlibat aktif di BEM (Badan Eksekutif Mahasiswa) FKM UI di bidang Pendidikan dan Keilmuan (P&K) pada tahun kedua. Banyak pengalaman yang saya dapatkan di BEM, mulai dari mengenal pentingnya membuat proposal hingga menjadi ketua pelaksana sebuah kegiatan.

Foto 2. Pelantikan Pengurus BEM FKM UI tahun 2011
(Dok. Anggraini Sari Astuti)

Organisasi mengajarkan saya banyak hal yang mungkin tidak saya temui di dalam perkuliahan di kelas. Ketika teman-teman saya yang lain sudah pulang ke kos dan beristirahat, saya masih berada di kampus. Hal ini justru meningkatkan kepekaan saya terhadap manajemen waktu dan prioritas. Saya berusaha menyeimbangkan kebutuhan serta perhatian saya terhadap perkuliahan dan organisasi. Oleh sebab itu, saya tidak menyalahkan organisasi apabila saya belum mencapai hasil optimal di kuliah saya.
Cerita lain tentang perjuangan saya di tahun kedua adalah usaha saya untuk memiliki laptop. Banyaknya tugas kuliah, handout, dan sistem perkuliahan di perguruan tinggi yang sedemikian rupa membuat laptop menjadi barang yang amat penting bagi mahasiswa. Sejak awal kuliah, saya belum memiliki laptop. Sama seperti teman-teman yang lain, tentunya setiap orang mempunyai target dan mimpi yang tertulis yang diharapkan dapat segera terwujud. Saat itu, saya menuliskan target yang saya pajang di atas tempat tidur. Salah satu target itu adalah memiliki laptop di tahun kedua perkuliahan. Harapan untuk mencapai target tersebut tentunya saya iringi dengan usaha maksimal. Sebagian penghasilan dari mengajar dan berjualan, saya tabung untuk membeli laptop. Sedih rasanya ketika detik-detik menjelang semester 4, saya belum juga mampu mengumpulkan uang yang cukup untuk membelinya. Ditambah lagi, ketika itu, keluarga saya sedang mengalami masalah ekonomi sehingga saya merelakan tabungan yang ada untuk keluarga. Saya tidak menyerah dan berusaha mengambil hikmah dari kejadian ini. Untuk urusan tugas kuliah, toh saya masih bisa “mangkal” di laboratorium komputer kampus yang tersedia secara cuma-cuma.
Keikhlasan itu berbuah manis. Suatu hari, saya dihubungi oleh ibu-ibu baik hati yang bekerja di Pemerintahan Kota Solo, kota kelahiran saya. Beliau bersedia membantu saya dengan membelikan laptop dan memberikan sejumlah uang. Bantuan dari ibu tersebut ditambah dengan sebagian uang saya sendiri, saya gunakan untuk membeli laptop baru. Syukur tidak henti-hentinya saya panjatkan hari itu, hari ketika saya mempunyai laptop sendiri. Inilah bukti dari kekuatan keyakinan dan keikhlasan. Target yang saya tuliskan dengan penuh keyakinan akhirnya benar-benar menjadi kenyataan di saat yang tepat.

Tahun Ketiga: Harvest Time “Your Dream Come True”

“Komitmen memungkinkan kita mencapai setiap keberhasilan yang kita inginkan.” (Mario Gabriele Andretti)
Di tahun ketiga ini, target saya adalah memiliki paspor. Saya mendaftar di kantor imigrasi meskipun saya belum tahu ke mana saya akan pergi. Hal ini terinspirasi dari ucapan Prof. Rhenald Khasali, guru besar Fakultas Ekonomi UI. Saya juga melihat kiprah teman-teman saya, baik dari FKM sendiri maupun dari fakultas lain. Rasa iri mungkin timbul, tetapi iri yang bersifat positif. Saya berpikir, jika teman saya bisa, kenapa saya tidak. Saya mulai aktif membuka wawasan dengan mengikuti berbagai seminar. Hal ini saya lakukan bukan untuk mengejar sertifikat semata, melainkan lebih untuk mengejar ilmu dan pengetahuan baru. Seminar yang saya ikuti biasanya seminar yang masih berkaitan dengan kesehatan masyarakat, seminar tentang ekonomi, dan seminar-seminar pengembangan diri.
   Saya juga belajar peka terhadap lingkungan sekitar saya. Betapa saya bangga dan bersyukur karena di fakultas bermakara ungu ini, saya dapat bertemu tokoh-tokoh kesehatan masyarakat yang namanya sudah tersohor baik di lingkup nasional maupun internasional. Ingin rasanya mengenal mereka lebih dekat. Banyak hal yang saya lakukan. Misalnya, tebar pesona dengan tersenyum ketika berpapasan dengan orang-orang yang saya kagumi tersebut, atau memberanikan diri untuk mengirimkan pesan singkat via HP maupun jejaring sosial. Hal yang membuat saya senang adalah ketika mereka membalas pesan yang saya kirimkan. Tidak sedikit dari mereka yang bahkan memberikan nasehat yang berharga bagi mahasiswa seperti saya.






 







Foto 3. Menjadi Youth Scholar dalam Asia Pacific Conference on Reproductive and Sexual Health and Rights (APCRSHR) 2011
(Dok. Anggraini Sari Astuti)
Kesabaran dan perjuangan yang saya rajut dari awal perkuliahan terjawab satu per satu di tahun ketiga perkuliahan. Banyak kesempatan yang datang dari berbagai lini. Hal ini mulai dari terpilihnya saya untuk mengikuti kegiatan-kegiatan yang mendukung bidang yang saya geluti, mendapat kesempatan bertemu dengan orang-orang hebat yang menginspirasi, menjadi mahasiswa berprestasi di fakultas saya, hingga menginjakkan kaki di belahan dunia yang lain. Saya percaya, kesempatan ini tidak datang karena keberuntungan semata. Semua ini adalah akumulasi dari perjuangan saya selama ini.
“Jarakmu menuju kesuksesan hanyalah sejauh sikapmu.” (John C. Maxwell)


 










Foto 4. Bersama 23 Mahasiswa Berprestasi Universitas Indonesia dalam Program ILDP (Dok. ILDP 2012)


 









Foto 5. Melakukan Kunjungan ke Kantor World Health Organization (WHO) Jakarta
(Dok. Anggraini Sari Astuti)

Tahun Keempat: Show Your Contribution and Continue Your Journey

“Jika Anda ingin membangun sebuah kapal, jangan panggil orang-orang untuk mengumpulkan kayu, dan jangan perintahkan mereka untuk melakukan ini itu, melainkan dorong mereka untuk merindukan samudera luas tak terbatas..... (Antonie D.)

Foto 6. Core Competence Charity (3C) oleh Epidemiology Student Forum (Episentrum)
(Dok. Anggraini Sari Astuti)

Pada tahun keempat perkuliahan, saya memilih untuk berkontribusi di ruang lingkup yang lebih spesifik di bidang yang ingin saya dalami. Singkat cerita, saya terpilih menjadi Ketua Himpunan Mahasiswa Departemen Epidemiologi (Episentrum). Saya ingat nasihat dari Bapak Adang Bachtiar, Ketua IAKMI (Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia), bahwa apabila ingin sukses, mahasiswa harus tekun, tidak mudah menyerah, dan tidak lupa mengamalkan kembali apa yang telah ia dapat dan ia capai. Saya ingin membagi semangat saya kepada teman dan adik tingkat saya. Alhamdulillah, saya mempunyai kesempatan untuk berbagi pengalaman dan cerita saya kepada kawan-kawan. Sebaliknya, saya pun belajar dari cerita-cerita mereka yang juga hebat.

Foto 7. Kelompok Prakesmas Puskesmas Kecamatan Cipayung tahun 2012
(Dok. Anggraini Sari Astuti)

Saya juga berkesempatan untuk melakukan praktikum kesehatan masyarakat bersama teman-teman satu angkatan di puskesmas. Prakesmas adalah salah satu syarat kelulusan mahasiswa kesehatan masyarakat. Kegiatan ini terdiri dari beberapa tahap, tahap I yakni identifikasi masalah kesehatan yang terjadi di wilayah kerja puskesmas setempat, tahap II yakni melakukan riset berbasis prioritas masalah kesehatan yang ditemukan dalam tahap I, dan tahap III adalah intervensi sebagai tindak lanjut dari riset yang dilakukan di tahap II. Saya belajar tentang arti kerja sama dan toleransi. Saya mendapat banyak wawasan selama prakesmas berlangsung, terlebih lagi karena kegiatan ini saling berhubungan antara tahap pertama hingga tahap ketiga.

Anda tidak akan dapat memiliki waktu, tapi dapat memanfaatkannya dan sekali kehilangan waktu, Anda tidak akan bisa mendapatkannya kembali. (Harvey Mackay)

Saya sedang menyusun tugas akhir kuliah selama penulisan cerita ini. Tentunya akhir dari cerita tahun keempat belumlah sampai pada cerita tentang kelulusan saya. Namun, yang ingin saya tekankan di sini adalah bahwa banyak sekali pengalaman dan cerita yang telah saya lalui selama menjadi mahasiswa. Waktu-waktu tersebut sebentar lagi akan berlalu. Saya mungkin tidak dapat memutar waktu untuk mendapatkannya kembali. Meskipun demikian, saya yakin, bahwa masa ini bukanlah akhir dari perjalanan saya. Cerita ini belum selesai sampai di sini karena saya sedang bersiap untuk melakukan perjalanan selanjutnya. Perjalanan untuk mendalami arti dari kesehatan masyarakat dan proses menuju kedewasaan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar