Sabtu, 11 Oktober 2014
: Tabiat Jalan Juang Seorang Muslim dan Pentingnya Keteguhan (Istiqomah)
Khutbah Shubuh
21 Juli 2013
@ Masjid UI, Depok
Oleh Dr. Arief Muandar
Judul: Tabiat Jalan Juang Seorang Muslim dan Pentingnya Keteguhan (Istiqomah)
Hadirin yang dirahmati Allah. Menurut saya, salah satu persoalan dasar umat Islam adalah keistiqomahan. Umat islam adalah umat yang gemar sekali melakukan hal-hal besar, ibadah yang spektakuler, dan sesuatu yang sekaligus. Misalnya ketika ramadhan ada yang menargetkan khatam satu atau dua kali. Ada yang bahkan sehari lebih dari lima juz misalnya. Tapi, ibadah itu tidak dilakukan dengan konsisten.
Agama ini mengajarkan kepada kita bahwa ibadah atau amal yang dicintai oleh Allah adalah ibadah yang walaupun sedikit namun dilakukan dengan istiqomah atau konsisten. Tabiat jalan dakwah islam hanha dapat dilalui oleh keistiqomahan. Jika ada yang meyakini dakwah ini akan berhasil dalam waktu cepat. TIDAK ADA dakwah dalam sektor apapun yang berhasil dalam waktu cepat.
أَمْ حَسِبْتُمْ أَنْ تَدْخُلُوا الْجَنَّةَ وَلَمَّا يَأْتِكُمْ مَثَلُ الَّذِينَ خَلَوْا مِنْ قَبْلِكُمْ ۖ مَسَّتْهُمُ الْبَأْسَاءُ وَالضَّرَّاءُ وَزُلْزِلُوا حَتَّىٰ يَقُولَ الرَّسُولُ وَالَّذِينَ آمَنُوا مَعَهُ مَتَىٰ نَصْرُ اللَّهِ ۗ أَلَا إِنَّ نَصْرَ اللَّهِ قَرِيبٌ
Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: "Bilakah datangnya pertolongan Allah?" Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat.
Al-Baqarah:214
Allah menegur dengan pertanyan retoris merendahkan kita yang memang rendah. Seringkali kita merasakan pantas masuk surga, tetapi Allah membantah kemudahan itu dengan pertanyaan tersebut. Bahkan, sahabat-sahabat Rasul pada saat itu ketika ditimpakan ujian, mereka menanti dan meminta pertolongan Allah. Bagaimana dengan kita di masa ini? Ujian dari masa ke masa tentulah berbeda. Derajat kepantasan meraih gelar ahli surga sangatlah tinggi.
Sungguh, Rasulullah khawatir pada keadaan umat di masa depan yang ketika Allah akan membentangkan dunia di hadapan mereka. Keistiqomahan seorang muslim untuk menjadi muslim yang baik akan semakin terguncang.
وَمَنْ أَحْسَنُ قَوْلًا مِمَّنْ دَعَا إِلَى اللَّهِ وَعَمِلَ صَالِحًا وَقَالَ إِنَّنِي مِنَ الْمُسْلِمِينَ
Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: "Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang menyerah diri?"
Fussilat: 33
Syarat untuk istiqomah:
1. Menyeru kepada amal sholeh dan 2. Mengerjakan amal sholeh.
Ada sebuah kisah sepasang suami istri yang berhasil mendidik anak-anaknya menjadi orang yang berprestasi dan sholeh. Mereka berazzam untuk istiqomah menjadi contoh bagi anaknya, memberikan nafkah yang 100% HALAL, dan selalu mengisi waktu untuk kebaikan.
Pangkal dari keburukan atau maksiat adalah WAKTU LUANG. Jika ada waktu, maka hanya ada dua hal yang akan mrngisinya, kebaikan atau keburukan. Waktu adalah sumber daya yang tidak tergantikan. Bagi seorang muslim, waktu adalah kehidupan.
3. Menunjukkan Jati Diri sebagai seorang muslim.
Jangan jadikan jati diri sesempit hal-hal simbolik. Hal-hal yang substansial harus ditekankan. Identas muslim itu memastikan tangannya membawa mashlahat untuk orang lain, mulutnya tidak memutuskan silaturahim, kedatangannya membawa manfaat, perkerjaannya adalah yang terbaik.
Kesitiqomahan adalah hal yang ditunjukkan dengan kualitas ibadah yang optimal dan mentalitas untuk bekerja, bukan menyalahkan orang lain, blamming others.
Disarikan oleh: @aarif_rh
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar