Entropi Hidup
Rahma Suci Sentia_FEUI 2009
Aku
percaya dengan falsafah entropi dalam hidup
Bahwa
hidup semakin dipenuhi ketidakteraturan dan keruwetan
Tanpa kita
kehendaki dan semata kehendakNya
Hidup kan
terkikis hari demi hari
Tapi
sebuah semangat tak kan pernah mati,
Jika lahir
dari seorang pemimpi(n) yang berani bermimpi
Dan
bersintropi…
Dan menuju
keseimbangan dunia dan ukhrawi..
Inilah setitik kisahku menghadapi sebuah entropi hidup
___
Manggarai, kini
Aku selalu
senang berada disana
Lelahku
selalu pudar
Karena ada
canda tawa mereka
Bahkan
teriak mereka, laksana penjaja di pasar
tapi tak
pernah membuatku semakin lelah,
ataupun
bahkan semakin lelah
Justru aku
senang
Dan tangis
dan tawa itu yang selalu kurindu
Dan bila
malam minggu tiba,
Yang ada
dibenakku hari ini “ Cerita kepahlawanan apa lagi yang akan kubagi dengan
mereka?’
Mimpi apa
lagi yang akan kutanamkan pada para pemimpi(n) ini
Si kecil,
si mungil, para bintang dari bantaran kali Manggarai
Sanggarai
(Sanggar Anak Manggarai)
Tempat aku
tancapkan dan kokohkan mimpi
Untuk
menjadi orang besar untuk mereka
Bukan
besar omong tapi besar amal
Aku
mungkin tak terlalu hapal satu persatu nama meraka
Kesukaan
mereka
Tapi
hatiku selalu terikat dengan sebuah ikatan kuat
Aku
seperti hidup di hari senin hingga sabtu saat aku berjuang di kampus
Karena aku
tahu ada hari Minggu di saat mimpi-mimpiku semakin tertancap kuat ketika
melihat mata
Sederet
mata harapan
Karena aku
tahu ada disparitas ekonomi yang nyata terlihat
Utopis
ekonomi FE hanya belaka
Manggarai, Akhir 2010
Aku pikir
kamu tak peduli dengan kata ini,.
Kontribusi..
Atau jika
kau peduli, mungkin kau dan aku lupa untuk memaknai
Bagiku
mati kini atau nanti (entah kapan)
Aku hanya
tak berani menghadap nanti tanpa laporan apa-apa..
Aku takut
kalau aku hanya sanggup melaporkan kurva ekonomi
Atau
lembaran keuangan miliaran yang tiap hari kupelajari..
Tanpa aku
yakin apakah ini akan berarti suatu saat nanti.
Atau aku
segera mati
Senin
sabtu selalu kuhabiskan menjadi mahasiswa dengan ikatan tri dharma
Pendidikan,
penelitian, dan pengabdian masyarakat,
Tapi itu
hanya sekedar kata
Sekedar
ajak tanpa buat
Semua
berakhir dionggokan kertas, disebuah acara event organizer, dan mimpi di malam
hari
Manggarai, Awal 2012
Februari
itu aku putuskan untuk melangkah ke sebuah lorong-lorong gelap di kali
Manggarai,
sebuah
tempat dimana aku pernah hidup dan menghirup udara tak jauh dari sana.
Saat aku
lihat, mereka bertelanjang bulat dibawah teparan sinar fajar
Disirami
air kali yang entah apa warnanya…
Rapatan
gigi-gigi putih sedang disikat sang pemiliknya,
Dengan
mengambil segayung air dari kali untuk berkumur ria
Tak jauh,
aku paksa tutup hidung ini..
Ada bau…
Bau
buangan air besar dari sang bapak
Mandi,
bersikat gigi, dan buang air
Atas
hingga bawah…
Dan semua
mereka lakukan di satu tempat
Di
bantaran ini…
Ini bukan
sinetron, atau telenovela, bukan pula muslihat media yang menjaja berita
Ini aku,
mataku,
Pukul
06.00, berjalan di tengah mereka setahun yang lalu. ..
Rutin
pergi ke kampus dari kampus kuning, yang katanya kampus perjuangan
Dan
kembali lagi melihat tak jauh beda
Malam..seonggok
badan terlelap dibawah tumpukan sampah
Kadang
bercengkarama tentang hari yang melelahkan,….
Inilah
mereka yang kutatap…
dan inilah
entropi dari keluargaku
Kusuka
berprestasi,..
Dahulu
kuidamkan sekali dilirik menjadi mahasiswa berprestasi
Seolah
dunia akan lebih indah saat kau dipuji…
Fakta
entropi selalu menghantui setiap diri,
Kadang
sedih, kadang tak peduli, dan lebih banyak bersedih dan cukup berdiam diri
Atau
seperti aku dan beberapa dari kita, yangmelanjutkannya menjadi sebuah ide,
inovasi, dan kreasi..tapi lagi-lagi hanya berakhir di sebuah kumpulan kertas…
Dan
lagi-lagi kau berprestasi karena mampu jual cerita sedih mereka.
Juara..ya
juara..
Tapi ini
kontribusi ilusi…
Aku
bergerak tapi mati..aku peduli hal lain
Aku
berprestasi , hidup tapi mati..
Karena
entropi-entropi kehidupan ini hanya bisa kupelajari, dan teliti
Setahun
aku bermenung..waktu yang cukup lama..untuk bergerak menciptakan sintropi kecil
Aku
terlalu banyak belajar teoritis kepemimpinan
Belajar
menjadi raja, top down,
Mencari
jabatan terstruktural,
Tapi
pemimpi(n) bukanlah soal pangkat
Atau
pretasi terlihat dan ternilai banyak orang
Pemimpi(n)
laksana nahkoda yang tahu hendak kemana kapal mengarah
Laksan
masinis kereta, yang tahu kapan hendak beristirahat di stasiun berikutnya, dan
tak lupa kapan hendak melaju lagi
Dan yang
terpenting pemimpin adalah mereka yang keluar dari batas limitnya
Yang
melihat dengan kekuatan serigala dan singa
Dan saat
itu, Tuhan uji aku, teman-temanku nan lain justru diberikanya amanah lain
Dan ia
mengujiku sejauh mana aku akan mengeluarkan batas limitku..
Kepada
orang-orangtak kukenal, etah dengan tujuan apa, bukan untuk sebuah kompetisi
Apalagi
sebuah puji..
Tapi
bagiku aku belajar kepemimpinan sejati disini
Yang tak
pernah kudapati bertahun-tahun menjadi pemimpi(n)
Sebuah
kebijaksanaan, kesabaran, keikhlasan, yang masih saja tak bisa kupahami, tapi
aku yakin seandainya semua pemimpi(n) ada di sini, di tempat seperti ini,
sekadar sedikit berbagi mimpi maka tak ada namanya Indonesia mati,,,
Hanya berbagi cerita,
Sekedar harap kau pun punya cerita, hei pemimpi(n)
untuk Indonesia yang lebih baik dan bermartaba
Tidak ada komentar:
Posting Komentar