Kamis, 24 November 2016

Jurus Pengasuhan Anti Stres & Minim Marah2 ala Teh Kiki Barkiah (Part 1)

Jurus Pengasuhan Anti Stres & Minim Marah2 ala Teh Kiki Barkiah (Part 1)

https://bundaeuis.wordpress.com/2016/11/22/jurus-pengasuhan-anti-stres-minim-marah2-ala-teh-kiki-barkiah-part-1/

Bismillah, mencoba menuliskan kembali apa yang saya dapat saat mengikuti seminar Teh Kiki Barkiah di Asrama Haji Surabaya, sabtu 19 November lalu.

Kebetulan hari itu saya dimintai tolong oleh panitia untuk menjadi moderator di acara tersebut. Teh Kiki sdh hadir sebelum acara dimulai, kami gunakan kesempatan tsb untuk kenalan sebentar, koordinasi sebentar dan beliau ijin untuk tilawah sambil menunggu acara yang sebentar lagi dimulai.

Dari cv yang saya pegang, saya baru tahu ternyata ibu yang sedang hamil anak ke 6 ini ternyata masih muda. Kelahiran November’85. Meski masih muda, tapi kaya prestasi dan pengalaman dalam mendidik anak. Pasti banyak hal yg bs kita gali dan membawa manfaat bagi keluarga kita. Insya allah..

Mengangkat tema Jurus Pengasuhan Anti Stres dan Minim Marah, beliau mengawali dengan pertanyaan siapa di ruangan ini yg masih mudah stres dan marah saat mendampingi anak? Banyak yg angkat tangan. Saat anak nangis, kita marah. Saat anak rewel, kita stres. Saat anak tantrum, kita ikut tantrum. Iya apa iya? Hehehe..

Sebenarnya marah sih gak papa sbgmn Allah juga mengakui bentuk emosi ini dalam Al Quran. Tapi jangan marah2. Sebenernya marah sih gak papa sbgmn Rasulullah juga pernah marah. Tapi jangan marah2. Harus cerdas mengendalikan marah, harus bijak mengelola marah. Marah tapi bukan marah2.

Salah satu anak Teh Kiki bilang, ah, aku mah lebih suka sama Rasulullah daripada ummi. Rasulullah jarang marah, ummi kadang masih marah. Teh Kiki hanya senyum sambil menyampaikan, bagus kalau aa’ lebih suka Rasulullah. Harusnya memang begitu. Kalau ummi melakukan sesuatu yg gak sesuai Rasulullah jangan diikuti. Tapi kalau ummi melakukan sesuatu dg ada landasan quran dan hadistnya, aa’ harus ikut.

Lalu apa sih yg bikin ortu mudah emosi? Ada beberapa hal, antara lain :

1. Ortu sering lupa bahwa anak adalah amanah. Maksudnya? Gini, coba kita bandingkan. Dalam kasus yg sama, misal sama2 pecahkan piring, kita mudah marah sama anak sendiri atau sama anak tetangga? Anak sendiri. Pun begitu juga dengan yg bekerja sbg guru, lebih mudah bersabar pada anak sendiri atau pada murid yg notabene anak org lain? Pasti jawabannya anak org lain.

Kenapa kalau ke anak org lain kita lebih bisa menahan emosi dan tdk marah2? Ya, karena mereka bukan milik kita. Karena mereka anak org lain. Sadarkah kita bahwa anak2 kita sejatinya juga bukan milik kita? Mereka adalah amanah yg Allah titipkan kepada kita. Amanah yg suatu hari nanti kita akan dimintai pertanggungjawabannya. Maka selalu mengingatkan diri bahwa anak2 kita adalah amanah menjadi penting bagi kita agar tak mudah emosi dan marah2. Noted !

Teh Kiki menceritakan, saat menikah dulu, beliau langsung dapat tarbiyah dari Allah untuk menjadi seorang ibu. Beliau langsung punya anak usia 3,5 thn yg dibawa dari pernikahan bersama sang suami krn sang istri pertama meninggal dunia. Dengan pola asuh sebelumnya yang tak sama, menjadi tantangan tersendiri bagi keluarga ini dalam mendidiknya.  Ujian kesabarannya benar2 besar. Tapi bersyukurnya Teh Kiki menganggap anak ini bukan “miliknya” tapi amanah yg dititipkan Allah hingga stok sabar jadi lebih banyak.

2. Penyebab ortu mudah emosi karena lupa akan perintah Allah terkait keluarga. Bukankah sudah tergambar jelas dalam QS At Tahrim ayat 6, bahwa “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan”

Perintah ini mengandung makna yg jelas bagi kita, bahwa dakwah pertama kita seharusnya pada keluarga. Mendidik anak sejatinya adalah berdakwah kepada mereka, agar terhindar dari siksa api neraka.
Jika ini kita pahami dengan baik, bahwa dakwah pertama adalah pada keluarga dan bahwa dakwah tidak akan bisa berhasil manakala dilakukan dg cara2 yg keras lagi salah, maka insya allah akan menjadikan kita orang tua yg tidak mudah stres, tdk gampang marah.

3. Penyebab mudah marah berikutnya adalah menganggap anak sebagai beban.
Maka kalau kita lihat tren di luar negri, mereka membatasi angka kelahirannya. Banyak yg menikah tapi tidak pengen punya anak. Termasuk ketika tinggal di California, Teh Kiki juga mendapati sepasang suami istri Muslim yg selalu mengaborsi kandungannya setiap kali tahu hamil. Naudzubillah..

Kenapa sampai begitu? Karna dianggap anak adalah beban. Semakin banyak anak, semakin berat pula beban yg harus dipikul, semakin  gampang stres dan mudah marah2.
Sangat berbeda mereka yg menganggap anak bukanlah beban melainkan ladang amal. Bisa jadi mereka semangat memperbanyak anak demi memperbanyak ladang amalnya.

Maka para orang tua yg menganggap anak adalah ladang amal, insya allah bisa lebih sabar dan tidak mudah terserang stres.
Jadi, bgmn menurut ayah bunda? Apakah sudah menganggap anak sbg ladang amal? Siap nambah momongan lagi? Hehehe

4. Sebab berikutnya mengapa ortu lebih mudah stres dan marah2 karena hubungan bersama pasangan tidak harmonis. Kok bisa? Bisa aja. Gak bisa marah sama suaminya, akhirnya marah sama anaknya? Ada? Banyak. Maka pastikan hubungan kita bersama pasangan bisa harmonis. Bukan menafikkan masalah yg pasti muncul dlm biduk rumah tangga, tapi cerdas mengelola konflik bersama.

Jangan sampai masalah kita bersama pasangan malah berimbas pada anak2.
Segera selesaikan masalah yg ada. Bicarakan, komunikasikan dan carilah solusinya bersama. Lalu bekerja samalah bersama pasangan dalam mendampingi tumbuh kembang ananda.
Bikinnya berdua, maka mendidiknya juga berdua. Jika ibu adalah madrasah, maka ayah adalah kepala sekolahnya.

5. Penyebab ortu mudah marah karena beban pekerjaan yg terlalu berat untuk dipikul.
Maka ketika dulu Teh Kiki pernah bekerja dan semakin hari beban pekerjaan semakin berat, beliau memutuskan untuk cut off alias berhenti. Kenapa? Beban yg semakin berat di pekerjaan membuat pikiran mudah stres, cepat atau lambat, disadari atau tidak pasti berpengaruh pada interaksi bersama anak.

Pun begitu pula bagi ibu rumah tangga. Pekerjaan yg tidak ada habis2nya dirumah dan terlampau berat juga akan membuat fisik lelah dan pikiran mudah stres. Efeknya jadi gampang marah2. Nasi tumpah aja bisa jadi drama.

Maka tidak ada salahnya suami menabung dan menyisihkan sebagian penghasilannya untuk membeli beberapa peralatan yg meringankan pekerjaan istri. Entah mesin cuci, kompor yg lebih mudah untuk masak, microwave yg memudahkan untuk menghangatkan makanan, lemari es yg lbh besar untuk menyimpan stok belanja bbrp hari dsb. Termasuk beli kitchen set agar barang2 terlihat rapi atau membeli kotak2 kabinet untuk menyimpan mainan agar tdk berantakan. Klo liat rumah berantakan, barang2 berserakan juga bs mempengaruhi pikiran bukan? Maka ketika beli peralatan2 RT ini, anggap investasi, anggap ibadah.

Pernah ada seorang yg japri ke Teh Kiki. Teh, kata suami gak usah beli mesin cuci biar pahalanya nyucinya gak hilang. Gubrakk. Kata Teh Kiki, tolong bilang sama suaminya, kalau punya mesin cuci, istrinya bisa tilawah sambil nunggu mesin cucinya jalan. Hehehe :p

Syukur2 kalau suami bisa membayar khadimat / asisten rumah tangga untuk meringankan beban istri. Tapi kalau belum bisa, jangan kemudian tutup mata. Bekerja samalah. Berbagi tugaslah. Insya allah jika bebannya makin ringan, ke anak juga gak mudah stres dan marah2.

6. Keluarga sedang kena cobaan. Entah kena PHK, entah diuji sakit, masing2 kita pasti pernah mengalami ujian. Tentu ketika kondisi seperti ini akan berimbas pada anak jika disikapi dengan kurang bijak.
Maka membangun mindset yg tepat perlu menjadi senjata kita. Yakinlah bahwa tidak ada ujian yg Allah berikan kecuali sudah ditakar dan sesuai dengan kadar kesanggupan kita. Kita pasti bisa melaluinya. Mempergilirkan sabar dan syukur mudah2an menjadi senjata ampuh bagi kita agar tidak mudah stres dan marah2 pada anak tersebab ujian yg sedang dihadapi

7. Minim ilmu pengasuhan menjadi sebab berikutnya mengapa ortu mudah stres gampang marah. Betapa banyak ortu yang menginginkan anaknya begini dan begitu padahal memang belum saatnya mereka memiliki kompetensi itu.

Misal saat anak masih berusia 1 tahun, ia gemar bereksplorasi. Tapi setiap ia ingin menyentuh apa, selalu dilarang. Setiap kali ia ingin mencoba sesuatu, selalu dianggap nakal, usil dan tidak bisa diam. Sebenarnya pada saat itu orang tuanya telah membunuh karakter anak.

Maka menjadi penting bagi kita untuk membekali diri dg pengetahuan2 seputar tumbuh kembang anak. Paham milestone, pada usia brp anak bisa apa. Maka kita akann bijak meletakkan ekspektasi kita. Tidak terlalu menuntut, tdk pula membandingkan anak kita dg anak org lain.

Bukankah dulu saat kita berusia sama dengan anak2 kita, kita juga tdk jauh berbeda dengan mereka? Lalu mengapa kita harus menuntut mereka bisa apa yg saat ini kita bisa? Bukankah kita juga butuh proses dan waktu untuk bisa seperti saat ini?
Okeh noted ya. Belajar lagi, lagi dan lagi.

8.  Penyebab berikutnya ortu mudah emosi dan marah karena visi pengasuhan kita berbeda dengan lingkungan sekitar. Entah berbeda dg kakek neneknya, berbeda dg saudara2nya, berbeda dengan tetangganya dsb.
Di awal tentu akan ada perasaan yg kurang nyaman saat pola pengasuhan ini tdk sevisi dg lingkungan. Entah dipertanyakan knp begini begitu, entah dianggap remeh bahkan dicibir saat tdk sama. Tetaplah teguh. Karna ibarat menanam benih, ia baru akan menunjukkan hasilnya bbrp tahun lagi. Cukuplah Allah dan RasulNya yg menjadi saksi.

Jika memang perbedaan visi pengasuhan ini terjadi justru dg kakek neneknya bgmn? Yg harus dipastikan jangan sampai kita merasa lebih pinter dan membuat hubungan jadi renggang. Karna bagaimanapun juga beliau adalah orang tua yg wajib kita perlakukan dg baik.

Misal jika dirumah kita biasakan anak2 tdk makan permen, dan ketika ke rumah kakek neneknya justru diberi permen, asal masih bs ditoleransi, asal tdk haram, anggaplah ini liburan dan rehat sementara. Tidak haram makan permen, tapi haram menyakiti hati orang tua kita.

Kalau ternyata pengasuhan justru tdk sevisi dg lingkungan bgmn? Jika sdh sampai titik membahayakan anak2, maka banyak2 berdoa aja moga ada rejeki lebih untuk pindah dan mencari lingkungan yg lebih baik.

9. Kegiatan anak tdk teratur juga menjadi sebab ortu mudah stres dan marah. Maka buatlah kesepakatan keluarga tentang apa2 yang perlu dilakukan setiap harinya. Misal di rumah Teh Kiki dikenal istilah standar pagi. Maka setiap anggota keluarga perlu belajar disiplin untuk mengerjakan standar paginya masing2.
Kalau anak2 sudah punya kegiatan yang teratur maka kita juga bisa memetakan mana waktu2 saat mereka lelah, ngantuk dsb.

Termasuk Teh Kiki tdk begitu senang kalau ada org bertamu tanpa pemberitahuan sebelumnya. Karna menerima tamu artinya anak2 harus punya kegiatan lain yg sdh dirancang oleh orang tua. Agar tdk rewel, tdk caper saat orang tuanya sedang menemui tamu.

Pernah saat kedatangan tamu yg tanpa pemberitahuan sebelumnya, teh kiki harus mengkondisikan anak2nya lebih lama untuk kooperatif. Alhasil, si tamu pun juga harus bersabar menunggu lebih lama untuk menyampaikan maksud kedatangannya.

10. Dikejar target pekerjaan juga menjadi salah satu sebab ortu mudah stres dan marah. Bayangkan saat sudah mendekati deadline dan berada di titik injured time, rasanya pasti panik. Maka sebisa mungkin untuk mengatur kegiatan kita lebih rapi.

Jika misalnya esok kita dan anak2 harus tiba di sebuah acara jam sekian, maka jam berapa kita harus bangun, jam brp kita harus siap, jam brp kita harus berangkat, detail terpikirkan dan terkomunikasikan bersama seluruh keluarga.

Dulu pernah salah satu anak Teh Kiki malas2an bergerak dan melewatkan jam kesepakatan berangkat sekolah bersama sang ayah. Ditinggal deh sama si ayah. Apa anaknya sedih? Iya. Apa anaknya nangis? Iya. Tapi ini jadi pelajaran berharga. Sejak saat itu ananda lebih disiplin dg waktu2 yg telah disepakati bersama.

11. Terakhir yang membuat ortu mudah marah dan emosi karena lingkungan tidak nyaman. Entah karena terlalu padat penghuninya, entah karena terlalu bising lingkungannya, entah karena terlalu macet, terlalu panas, dsb. Tentu tiap org berbeda. Maka menjadi penting bagi kita untuk mengidentifikasi apa2 saja yg membuat kita tdk nyaman dan akan berpengaruh pada emosi lalu berikutnya dipikirkan bgmn solusinya.

Misal Teh Kiki menyampaikan kalau beliau itu gak kuat kalau ada di ruangan yg panas. Bisa gak tidur, dan efeknya bisa gampang emosi. Maka setelah mengidentifikasi seperti ini dipikirkan bahwa membeli AC menjadi sebuah kebutuhan. Itung aja investasi ini sbg ibadah.

Sekali lagi “standar kenyamanan” tiap org tdk sama. Maka identifikasilah.

Demikian beberapa sebab orang tua mudah stres dan emosi saat mendampingi buah hati. Mudah2an bisa menjadi panduan bagi kita untu meminimalisir hal2 yang mudah menyulut emosi kita dalam membersamai buah hati.  Sengaja resume ini saya tulis dalam bbrp bagian agar tdk terlalu panjang, nyaman dibaca dan segera bisa dipraktekkan mana2 yg bisa membawa perubahan baik dalam keluarga kita. Feel free to share. Moga bermanfaat 😊

Salam hangat,
Bunda Euis 💟

Tidak ada komentar:

Posting Komentar