Minggu, 05 April 2015

Tangisan di Tepi Manggarai

Tangisan di Tepi Manggarai

Awal 2007 saat itu pertama kalinya saya menginjakkan kaki di kota Jakarta. Masih teringat saat saya begitu terperangah dengan keindahan Metropolitan kota Jakarta, melalui balik kaca bus yang kutumpangi.
Tapi kemegahan itu hanya semalam. saya masih ingat betul saat mata ini mulai mengucurkan air kesedihannya keesokan harinya, saat saya menyusuri pasar manggarai dan jati negara. Melihat masyarakat yang mampu bertahan hidup di balik rumah rumah sempit, dibalik kardus, ditengah sampah.
Masih teringat pula, bagaimana kebingungannya mama saya melihat anaknya menangis ditengah jalan. saya tak peduli, karena saya marah dan sedih. Dan saya tersadar 26 Maret 2015 ini , 8 tahun sejak itu, saya bisa begitu bersemangat melaksanakan segala aktivitas, karena kisah-kisah lama ini menjadi obat kuat bagiku, untuk tidak hanya sekadar duduk dan hidup untuk diri sendiri.....

Ah, beberapa bulan ini, saya sering mengabaikan berita daerah ataupun nasional (karena berita di negeri ini, itu muncul sesuai pesanan). Apatis memang.
Dan sebagai gantinya aku sibuk melihat rentetan berita bisnis dan ekonomi, berita yang dikeluarkan OJK, BI, menjadi santapan utama dipagi hari. Setidaknya ini adalah tuntutan pekerjaan.
Efeknya saya hanya mengasumsikan ketika perekonomian di angka-angka perbankan itu baik, kredit retail baik, mencerminkan kemampuan masyarakat baik, dan kondisi Indonesia aman. Thats it!!!
Apalagi saat inflasi menurun diawal tahun kemaren, lagi-lagi aku simpulkan Indonesia aman.
Saat dolar naik, lagi-lagi aku berpikir rakyat kecil ga makan pake dolar. Jadi rakyat kecil aman.
Apalagi info pemerintah yang selalu mengoarkan perekonomian baik. saya pun berpikir, rakyat mulai sejahtera. Thats it!!!

Kesibukan dibalik angka-angka perekonomian makro ini, membuat saya pun terlengah. Bahkan tidak menyadari bahwa harga-harga kebutuhan naik. Saking memuaskan diri yang penting stock makanan dirumah ada. Apalagi kalau sudah berbelanja di pasar modern. How could I consider it?! just tak eit what you want and pay it.
Berbeda saat tidak berada dibalik angka, saat kesibukan ke pasar tradisional menjadi hal yang dibiasakan. Bahkan beda 100 dan 200 saja bisa sadar dan itu menjadi trouble bagi ibu-ibu dan emak-emak.

Mungkin tidak semua ibu2 menjadikannya trouble. Tapi alhamdulillah, Allah  pernah memberikan saya berada berakah hidup di bawah. saya yang pernah hidup dalam titik benar-benar merasakan betapa berharganya 100-500 perak. Begitu hitung-hitungannya, sering menjadi masalah di keluarga.
"PAdahal kan ada yang lebih murah sekian perak, mengapa beli yang ini" Atau Yuk, jalan kaki aja, sambil menikmati pemandangan. Dekat kok." . Atau saat saya sudah letih, akhirnya, mama harus bilang. Dekat kok, Nanti kita beli makanan aja di jalan.
Dan saya tahu sebenarnya orang tua saya menimbang daripada duitnya untuk ongkos yang sebenarnya bagi saya sekarng tidak seberapa. Tapi dulu begitu berhaga, karena bisa setidaknya membeli tahu. Kemudian di goreng dan dinikmati bersama.
Mungkin sebagian teman-teman tidak pernah merasakannya. Tapi saya pernah merasakannya.

Dan saya mulai tersadar, angka-angka yang tampak indah ini, kadang membutakan kita yang dicukupkan secara rezki oleh Allah.
Teman, begitu berharganya seperak (seribu) tersebut bagi mereka. Dengannya mereka bisa membeli lauk yang lebih layak dan bergizi.
Mungkin kita yang harus lebih sensitif, tidak hanya sibuk dengan pekerjaan sendiri, yang sebenanrya hanya mengayakan diri sendiri atau orang yang sudah kaya.
Setidaknya, pastikan rejeki Allah tersebut benar-benar tersampaikan pada mereka. Jangan pernah berpuas diri dengan zakat 2,5%. atau 10%. Tapi sibuk investasi dan mencadangkan 30%. Padahal investasi dunia belum tentu untung ruginya.
Tapi justru investasi akhirat (zakat, infaq, shadaqah yang penggunaaannya untuk jangka panjang), pasti InsyaAllah akan untung. Tidak ada yang namanya loss...

Setidaknya jika kita belum bisa mengikuti sunnah Rasul, untuk menjadi penguasa bisnis di pasar...
Setidaknya jika kita belum bisa menjadi Penguasa bisnis yang bermanfaat untuk masyarakat papa...
Setidaknya pastikan apa yang kita kerjakan secara dapat bermanfaat pada masyarakat yang tidak seberuntung kita...
Setidaknya pastikan juga investasi akhirat kita selalu mark to mark, selalu update setiap pagi dan sore....


-Hanya coretan untuk mengingtkan diri-








Tidak ada komentar:

Posting Komentar