Minggu, 28 Juni 2015

Mengenalkan tauhid pada anak

๐Ÿ“RESUME KULWAPP IIP JAKARTA 01๐Ÿ“

๐Ÿ“…: Rabu, 13 Mei 2015
⏰: 20.00-21.00 WIB
๐Ÿ“– : Mengenalkan tauhid pada anak
๐Ÿ”ˆ: Bpk Harry Santosa

Host     : Kania
Co host: Lis Wardah
Admin  : Milfa Yeni

๐Ÿ”นProfil

Nama Harry Santosa
Jakarta, 18 January 1969
Ayah dari 5 anak.

Aktifitas Pendidikan
1. Anggota komunitas Sekolah Alam Ciganjur
2. Pendiri Aulade Children Center
3. Pendiri Sekolah Alam Depok
4. Pendiri Millennial Learning Center
5. Konsultan Sepak Bola Pertamina Soccer School
6. Perancang Fitrah based Education program
7. Konsultan Knowledge Management for Education

๐Ÿ”นMateri kulwapp

Pendidikan Tauhid

Sesungguhnya sebelum kita dilahirkan ke muka bumi, setiap kita pernah bertemu Allah dan bersaksi bahwa Allah benar adanya sebagai Robb kita. “Alastu biRobbikum? Qoluu Balaa Syahidnaa”, begitu bunyi ayatnya di dalam alQuran.
Walau kita lupa peristiwa persaksian itu namun, itu semua itu terekam kuat bahkan terinstal di dalam fitrah keimanan setiap bayi yang lahir.
Karenanya tidak ada satu kaum atau suku pun di muka bumi yang tidak memiliki Tuhan dan tempat beribadah. Karena secara fitrah sesungguhnya setiap manusia menyadari eksistensi Zat Yang Maha Hebat,
Zat Yang menciptakan, mengatur, memberi rizqi dan menguasai segalanya. Manusia menyadari bahwa bersandar pada Zat Yang Maha Segalanya adalah keniscayaan.
Itulah yang menjelaskan mengapa setiap bayi yang lahir “menangis”, karena pada galibnya, setiap bayi merindukan Zat Yang Mampu Memeliharanya, Zat Yang Memberi Rizki kepadanya, Zat yang Maha Hebat tempat menyandarkan semua kebutuhan dan masalahnya, yaitu Robb Semesta Alam.
Bahkan dalam sebuah riset modern, beberapa puluh bayi yang dipertunjukkan sandiwara boneka singkat, yang menunjukan perilaku boneka yang suka menolong dan boneka yang suka menyusahkan, dan di akhir sesi para bayi itu diminta memilih di antara dua boneka tadi sebagai cindera mata, maka 80% lebih para bayi memilih boneka yang suka menolong.
Inilah Potensi Fitrah Keimanan, meliputi fitrah kesucian, fitrah kebenaran, fitrah kecintaan, fitrah kehormatan diri, fitrah malu  dstnya. Inilah fitrah terpenting dan terutama dibanding fitrah lainnya.
Fitrah keimanan inilah yang melingkupi semua fitrah lainnya seperti fitrah bakat, fitrah belajar, fitrah kepemimpinan, fitrah perkembangan sehingga semua fitrah lain kelak disempurnakan menjadi mulia.
Fitrah keimanan inilah pada saatnya yang akan mengimani cahaya kebenaran alQuran dan asSunnah lalu menyempurnakan fitrah lainnya sehingga menjadi mulia inilah yang kita kenal dengan akhlaqul karimah.

Bagaimana menjaga dan memelihara serta membangkitkan dan menumbuhkan fitrah keimanan ini?
Jawabannya adalah atmosfir keimanan. keridhaan, kecintaan serta keteladanan di rumah, di diri kedua orangtua nya dan semua orang dewasa di sekitar anak anak kita,
Ayah Bunda, para pendidik peradaban, para penumbuh fitrah, ketahuilah bahwa kehadiran Ayah Bunda dengan sepenuh keridhaan dan kecintaan yang mendalam di masa masa awal akan memberikan kesadaran adanya Zat ArRahman dan arRahim pada jiwa anak anak.
Bagaimana Ayah Bundanya bersikap maka begitulah anak balita kita membangun imaji baik atau buruk tentang Robbnya, dirinya dan kehidupannya kelak, kemudian dengan imaji itu mereka mempersepsi Robb nya dan mengkonstruksi pensikapannya terhadap kehidupannya kelak.
Masa Balita adalah masa Golden Age untuk menanamkan Tauhid atau Aqidah, sayangya kebanyakan kita lebih suka menanamkan syariah dan akhlak di usia ini dengan alasan aqidah sesuatu yang abstrak.

Banyak kasus anak yang sejak kecil diajarkan agama, kemudian ketika dewasa malah meninggalkan syariah. kemungkinan besar adalah fitrah keimanannya tidak tumbuh, aqidahnya tidak mekar bersemi sejalan dengan pengetahuan agama dan adab yang diajarkan.
Padahal di usia inilah kesempatan emas, karena anak masih kaya dengan imajinasi, alam bawah sadarnya masih mudah dimasukkan keimanan dsbnya. Mereka bahkan masih terkoneksi dengan alam ghaib.

Tauhid Rubbubiyatullah
Allah swt sebagai Robb, meliputi Kholiqon (Allah sebagai Pencipta dan Pemelihara), Roziqon (Allah sebagai Pemberi Rizqi) dan Malikan (Allah sebagai Pemilik). Begitulah bayi kita memandang kita, orangtuanya sebagai penciptanya, pemeliharanya, pemberi rizkinya, pemasok kebutuhannya dan pemilik serta pelindungnya.

Rasulullah SAW, pernah dengan keras menegur seoramg ibu yang menarik bayinya dengan keras karena pipis di pangkuan Rasulullah SAW. “Wahai bunda, pipis ini kan bisa di bersihkan, namun perbuatan bunda menarik bayi dengan kasar dan keras akan diingatnya sepanjang hayatnya”.
Imaji yang buruk anak kita tentang perbuatan orangtuanya, akan menyebabkan luka persepsi. Dan setiap luka persepsi akan melahirkan pensikapan yang buruk terhadap kehidupan anak kita kelak ketika mereka dewasa.

Ada seorang psikolog yang mengatakan bahwa satu hari yang membahagiakan seorang anak ketika mereka kecil, akan menyelamatkan satu hari ketika mereka dewasa. Beberapa hari yang membahagiakan seorang anak di masa kecil, akan menyelamatkan beberapa hari ketika mereka dewasa.

Seluruh hari yang membahagiakan seorang anak sepanjang masa anak anaknya akan menyelamatkan seluruh hidupnya ketika dewasa kelak.
Inilah pentingnya membangun imaji positif anak2 terhadap orangtuanya, terhadap alamnya, terhadap masyarakatnya, terhadap agamanya sejak usia dini. Rasulullah SAW membiarkan cucunya bermain kuda kudaan ketika beliau sedang sujud dalam sholatnya, hingga kedua cucunya puas. Ini semata mata untuk mengkonstruksi imaji positifnya tentang ibadah.

Lihatlah bagaimana Rasulullah SAW membolehkan Aisyah kecil memainkan boneka, memiliki tirai bergambar dstnya. Ini semata-mata agar anak anak memiliki imaji psoitif tentang kehidupannya.

Lihatlah bagaimana Rasulullah SAW meminta imam sholat memendekkan bacaannya apabila terdapat anak-anak di dalam shaf makmumnya. Ini semata-mata agar anak memiliki imaji positif tentang sholat dan Tuhannya.Hati-hati dengan wajah kita, jangan pernah menunjukkan wajah suram di hadapan anak anak kita ketika memandang wajah anak-anak kita, belailah kepalanya dan bersholawatlah.

Juga jangan pernah berwajah tidak bahagia ketika adzan berkumandang, jangan pernah perlihatkan wajah suram ketika memberi shodaqoh kepada fakir miskin dsbnya. Itu semua akan mematikan fitrah keimanan anak anak kita.

Imaji positif ini juga bisa dibangkitkan dengan belajar di alam, belajar bersama alam. Ajak anak2 balita kita ke alam, bangkitkan imajinasi positifnya tentang semesta, katakan bahwa burung-burung juga sholat dengan merentangkan sayapnya, bulan, planet dan bintang-bintang di langit juga sholat dengan berjalan pada garis edarnya. Bagaimana patuhnya alam pada Sang Pencipta.
Imaji positif ini juga bisa dibangkitkan dengan kisah kisah inspirasi dan kepahlawanan, utamakan kisah alQuran sebelum kisah lainnya. Hindari memulai dengan kisah2 yang berisi banyak peringatan tentang perbuatan yang buruk, mulailah dengan kisah kisah yang membahagiakannya dan memicu kegairahan tentang perbuatan yang baik.
Inilah pentingnya Bahasa Ibu yang utuh pada usia dini, agar anak anak mampu mengekspresikan gagasannya, perasaannya dengan utuh, sebagai represntasi imaji imaji positifnya.

Nah, bila anak2 kita telah memiliki imaji imaji yang baik dan positif tentang Allah, tentang Sholat, tentang alQuran, tentang Alam Semesta dsbnya sejak usia 0-6 tahun, maka ketika Sholat diperintahkan pada usia 7 tahun, akan seperti pucuk dicinta ulam tiba. Tidak ada perlawanan apapun kecuali kebahagiaan menyambutnya. Hal yang sama berlaku untuk syariah lainnya.
Jadi mulailah dengan membangkitkan kesadaran fitrah keimanannya sejak dini bukan dimulai dengan memaksakan pelaksanaan syariahnya. Begitulah tarbiyah yang dicontohkan Rasulullah SAW.
Usia 10 tahun adalah batas akhir untuk mengenal Allah secara utuh lewat pembuktian Sholat yang konsisten. Karenanya anak yang sudah berusia 10 tahun boleh dipukul bila masih belum konsisten sholatnya. Hal ini sebaiknya tidak terjadi karena ada masa yang panjang selama 10 tahun untuk menyadarkan dan membangkitkan fitrah keimanannya.Rasulullah SAW tidak pernah memukul anak sepanjang hidupnya.

Maka ada hal terpenting bagi kita semua para orangtua untuk mendidik keimanan anak-anak kita yaitu mulailah dengan membersihkan jiwa kita dan mengembalikan fitrah2 baik dalam diri kita, sehingga fitrah kita akan bertemu dengan Fitrah Keimanan anak anak kita, yang sesungguhnya telah siap untuk disemai, dibangkitkan dengan inspirasi, imaji dan keteladanan.

Mari kita perbaiki jiwa dan keimanan kita sebelum membangkitkan fitrah keimanan anak anak kita.
Menjadi orangtua sejati dengan jiwa dan hati yang bersih adalah keberkahan dan bekal menumbuhkan fitrah keimanan anak anak kita.
Tanpa tumbuhnya Fitrah Keimanan anak kita maka fitrah lainnya akan menjadi tidak mulia.

1⃣Kasus yang kemarin baru terjadi. Anak laki-laki saya umur 6tahun lebih, ketika diajak shalat Ashar, dia bilang, aku ga sholat aja. Nah,mohon masukan nya, bagaimana cara menjelaskannya? -Diyah IIP JKT 01-
1⃣bunda Dyah yang baik,
Ada kekhawatiran dari para pendidik dan juga ustadz, dimana orangtua terlalu cepat memerintahkan shalat pada anak sejak dini. Padahal secara syariah perintah sholat pada usia 7 tahun, bukan usia dini. Sholat adalah gerakan formal yang kaku yang hanya cocok bagi mereka yang sudah mulai menyadari adanya nilai2 sosial dan agama, itu pada usia 7 tahun. Di bawah usia 7 tahun penting menanamkan keridhaan dan kecintaan dahulu pada Allah, RasulNya dan Kitabullah. Caranya tentu bukan doktrin tetapi keteladanan dan suasana kecintaan pada Allah di rumah. Maka sering2lah membangun imaji2 positifnya ttg Allah dan ibadah Islam lainnya, bisa juga dengan kisah2 inspiratif keimanan dalam alQuran maupun alHadits. Jadi bunda tidak perlu cemas, rileks namun ulangi lagi prosesnya spt di atas, kemungkinan besar kecintaannya atau fitrah keimanannya tidak tumbuh walau sudah tahu bacaan sholat ✅

2⃣Pak, apa maksudnya "mengajarkan tauhid/ aqidah dahulu, baru syariah dan akhlak".
Bukankah harusnya berjalan beriringan?
Kalau memang tauhid/ aqidah dulu, umur berapa masing-masing  (aqidah, syariah, akhlak) diperkenalkan pada anak?
-milfa-
2⃣bunda Milfa yang baik,
Allah swt menyuruh kita memerintahkan sholat kepada anak di usia 7 tahun bukan di usia dini. Apa maknanya? Apakah Allah lalai?
Rasulullah saw membiarkan cucunya bermain kuda2an di punggung beliau ketika shalat, apakah Beliau tidak mengajarkan akhlak pada cucunya?
Nah, bunda bisa memahami bagaimana Islam begitu paham fitrah perkembangan manusia. Maka buatlah anak kita cinta dan ridha pada Allah, RasulNya, Islam dan Kitabullah dahulu baru mengajarkan akhlak dan syariah kelak di usia 7 tahun. Pembiasaan tentu saja boleh namun bukan pengajaran di usia 0-6 tahun. Bangunlah suasana keridhaan dan kecintaan pada Allah di rumah,disertai keteladanan daripada ketergesaan mengajarkan yang akan berpotensi anak malah membenci syariah ketika remaja ✅

3⃣Bagaimana cara yang baik utk mengenalkan puasa pada balita.
3⃣Mengenalkan puasa pada Balita, ya ayah bunda nya mengajaknya sahur dan berbuka, jangan menyuruh berpuasa.. Jelaskan dengan kisah2 menarik bahwa di dunia ini banyak yg memerlukan puasa. Ananda akan paham dan mengikuti sebisanya ✅

4⃣Pak Harry, bgmn mgaplikasikan imaji positif ttg akidah pd anak dmn akidah kelihatan lbh abstrak dbndgkn pmbljran ibdah n syariah? Kmdian, bgmn mndidik akidah anak d era digital sprt skrg? Trmksh Pak Harry -Andanny-
4⃣bunda Andany yang baik, dalam kuliah Fitrah based Education kemarin kami membahas bahwa sesungguhnya usia 0-7 tahun adalah golden age untuk mendidik aqidah pd anak2, bukan aspek kognitif. Tentunya bukan pengajaran dan doklrinasi, tetapi sebagaimana Rasulullah saw membiarkan cucunya menunggangi beliau ketika sujud, agar muncul imaji yang baik ttg sholat dan syariah, keridhaan dan kecintaan kpd Allah inilah yg semestinya dibangkitkan di usia dini, karena anak2 di usia ini memang walaupun hanya memahami yg konkrit krn inderanya belum sempurna, tetapi imajinasinya sangat tinggi, alam bawah sadarnya masih terbuka dan masih terkoneksi dengan dunia ghaib. Jadi seharusnya menanamkan aqidah sangat mudah, misalnya dengan membacakan kisah2 inspiratif keagungan Allah, atau cukup mengajak melihat ciptaan Allah dan memuji kehebatan Allah di hadapan anak kita, bisikan tentang Allah di telinganya ketika menjelang tidur atau menjelang bangun ✅

5⃣bagaimana contoh kongkrit mengajarkan anak dibawah 5 tahun tentang tauhid dr rumah?apakah anak dibawah 5 tahun diajak selalu utk sholat 5 waktu?jika anaknya tidak mau gmn?apakah berdampak saat umur 7-10th
5⃣Tauhid atau aqidah berbeda dengan akhlak dan syariah. Mengajarkan sholat adalah mengajarkan syariah. Mengajarkan perbuatan baik atau adab adalah mengajarkan akhlak, walau nanti akhlak juga adalah buah dari aqidah atau tauhid.
Anak di bawah usia 7 tahun, tidak diperintahkan Shalat. Shalat diperintahkan pada usia 7 tahun, bukan sejak dini. Allah tidak lalai tentang hal ini.
Rasulullah saw membiarkan cucunya sampai puas menaiki punggung beliau ketika sedang sujud
, apakah berarti Rasulullah saw tidak mendidik akhlak cucunya? Tentu tidak.
Apa maknanya?
Ini semata mata agar anak balita memiliki imaji positif ttg Allah, ttg sholat, ttg Islam dstnya. Dengan perkataan lain bahwa mendidik Tauhid adalah mendidik agar anak2 ridha pada Allah, pada Islam, pada Rasulullah saw dan Kitabullah, jauh sebelum pengajaran syariah spt Sholat dll. Pembiasaan boleh, namun intinya buat mereka happy dan ridha. Caranya bukan doktrin dan pengajaran formal, namun ciptakan suasana keimanan dan keteladanan di rumah, bacakan kisah2 yang mengagungkan nama Allah. senandungkan nasyid keagungan Allah, bisikan asma Allah di telinganya, rajin memeluk dan membelainya shg dia merasakan kehadiran Robb melalui kedekatan dengan AyahBundanya. Ingat bahwa imaji anak sedang berada pada puncaknya, alam bawah sadarnya masih terbuka, dirinya masih terkoneksi dengan dunia ghaib. Dia akan menerima keberadaan Allah dengan mudah. Jadi buatlah mereka ridha dan cinta sebelum pengajaran. Doa yang kita baca setidaknya setiap pagi dan petang, "rodhitu billahi robba, wabil Islami diina, wabi Muhammadin Nabiya wa Rasoula"✅

6⃣Perbaiki iman kita sebelumnya" --> bila kami sendiri sbg ortu ilmu agamanya pas-pas an, namun situasinya sudah punya anak, step2 apa yang bapak sarankan agar kami bisa
6⃣Fitrah Keimanan atau keimanan kpd Allah swt tidak selalu berbanding lurus dengan ilmu agama. Memang ilmu bisa membantu menerangi jalan, tapi tidak selalu membuat orang menjadi beriman. Jadi bunda tidak perlu berkecil hati, maka mendekatlah kepada Allah, sucikanlah fitrah kita (tazkiyatunnafs). Fitrah orangua yg lurus akan bertemu dengan fitrah anak2nya yg juga lurus, maka Allah swt akan berikan banyak hikmah dan kemampuan dalam mendidik. Mendidik fitrah adalah amanah Allah, maka Allah akan mampukan mereka yang membersihkan fitrahnya. Orangtua yg fitrah nya lurus, mustahil akan obsesif dan panik menggegas pada anak2nya, mustahil kasar dan tdk shabar, mustahil tdk mensyukuri semua bakat dan keunikan anak2nya ✅

7⃣anak sy 8th tanya, apa bener Allah itu adalah tuhan kita semua...jangan jgn salah mah, arya takut salah. Sama mama tahu dr mana kalo alquran itu dari allah. Itusdh 2 x ditanyakan kayanya dia blm puas dgn jwbn sy. Apa yg mesti sy jawab pak agar tdk adabkeraguan lagi?memperbaiki iman kami seiring tumbuhnya anak kami?
7⃣ Keimanan sudah ada dalam diri setiap orang, namun membangkitkan dan menyadarkannya berbeda satu sama lain. Ada yang keimanannya tumbuh dengan proses berfikir logis, ada yang tumbuh karena pencarian yang panjang, ada yg karena musibah, ada yg karena tersentuh oleh satu dua ayat dll. Semua dengan izin Allah, hidayah itu sampai.
Anak bunda sangat kritis, seperti Nabi Ibrahim as. Meladeni anak kritis harus sampai dia menemukan jawabannya sendiri, sebagai jawaban akhir (prima causa) Maka jawablah pertanyaan "apa bener Allah itu tuhan kita", dengan pertanyaan lagi "Memang ada tuhan selain Allah yang Maha Esa". "Coba sebutkan?". dstnya. Kini bunda yang mencecar dia agar memikirkan jawabannya, dan kita giring dia menemukan jawaban yang benar benar masuk dalam logika dan hatinya.
Jawablah keraguannya pada alQuran dengan menanyakan "Menurut kamu manusia perlu kitab petunjuk ga? Mengapa perlu? Kalau perlu, maka buku petunjuk itu sebaiknya bagaimana? Coba cari tahu, apakah ada Kitab seperti alQuran ga, yang dihafal jutaan orang di seluruh dunia, yang huruf dan barisnya tidk ada yg berbeda sedikitpun sejak diturunkan sampai hari ini?"  dstnya ✅

8⃣Putri saya 5 tahun lebih selalu bertanya Allah dimana, Kok tidak kelihatan. Kemudian dia suka memvisualisasikan Allah seperti yg dia lihat di alam ini. Misalnya ketika saya sampaikan Allah Maha Kuat, dia bertanya ototnya seberapa bun. Sy sudah berusaha menjelaskan sesuai apa yg saya ketahui baik dari buku/artikel. Tapi sepertinya anak saya belum mengerti sepenuhnya. Gmn cara menjelaskannya Pak???rumyimah
8⃣bunda Umynah yg baik, usia di bawah 7 tahun sesungguhnya masa Emas menjelaskan Allah tanpa penjelasan yang ribet karena anak belum terlalu kritis, imajinasinya masih tinggi, alam bawah sadarnya masih terbuka, masih terkoneksi dengan dunia ghaib. Mereka mempercayai apapun yang ayahbunda ceritakan dan katakan kepadanya.  Perihal lebih menyukai yg konkrit dalam belajar, ya karena logikanya belum tumbuh sempurna. JIka bertanya logika ya tentu menjelaskannya dengan menggunakan contoh kongkrit sesuai nalarnya. Karena itu ananda suka memvisualkan Allah swt, saya kira utk usia spt itu tdk masalah, yang penting dia tahu bahwa Allah ada, Maha Segala,  Allah yang buat semuanya. Lama kelamaan dia akan paham "memvisualkan kehebatan Tuhan"  menyalahi kehebatan Tuhan itu sendiri, karena tdk akan ada yang sanggup memvisualkannya sampai kapanpun. Ketika divisualkan maka kapasitasnya menjadi manusia, bagaimana tuhan dengan seribu tangan bisa mengurusi milyaran bintang, tdk  akan pernah bisa divisualkan ✅⁠

9⃣apakah perlu mengajarkan anak sholat ke masjid sedini mungkin. Saya khawatir mengganggu jamaah lainnya tapi juga ingin mengenalkan sholat di masjid-yesi IIPJKT1
9⃣bunda Yesi yang baik,
Mengajarkan sholat sebaiknya di usia 7 tahun, karena sholat diperintahkan pada usia 7 tahun bukan sejak dini. Bedakan antara mengajarkan dan mendidik. Kalau mendidik sholat artinya membangkitkan fitrah keimanan anak2 kita dengan cara menghidupkan atmosfir keimanan dan keteladanan di rumah sehingga muncul keridhaan dan kecintaan pada Allah, pada  amal2 Islam, pada Rasulullah saw, pada Kitabullah tentu sejak dini. Tentu tanpa target, tanpa evaluasi, tanpa pemaksaan, tanpa formalitas. Yang penting anak sudah suka dan cinta, itu sudah sangat baik walau sholatnya semaunya. Shabar saja, jangan tergesa2 ingin melihat mereka sholeh nanti malah bunda stress sendiri dan obsesif shg melukai jiwanya. Alamiah saja. Mengajak ke masjid sangat bagus untuk menumbuhkan kecintaan pada Allah, pada Islam, pada Rasulullah saw, namun carilah masjid yang ramah anak, yang bacaannya tdk terlalu panjang, yang suasananya menyenangkan dan membuat anak betah, yang pengurusnya baik sama anak2 dstnya ✅

๐Ÿ”ŸJaman rasulullah dulu, anak2  dulu tantangan aqidahnya apa ya? Apakah mereka dibiarkan main diluar secara bebas? Main dg yg seaqidah atau bebas bermain dg siapa saja ya?
๐Ÿ”ŸDi Zaman Rasulullah saw, ada tradisi menitipkan anak sejak lahir sampai usia5 atau enam tahun ke suku2 yang masih "murni" yang ada di luar kota Makkah. Rasulullah saw termasuk yang dititipi sampai usia 5 atau 6 tahun. Alasannya, selain untuk disusui secara eksklusif selama dua tahun, juga karena udara dan alam pedesaan masih segar baik untuk fisik, "bahasa ibu" atau bahasa Arab natif masih asli belum bercampur dengan bahasa lain, kehanifan dan kearifan lokal masih terjaga dimana kisah2 kepahlawanan dan kehormatan suku2 mampu menginspirasi anak2, kebiasaan menggembalakan kambing sangat baik untuk melatih leadership dll. Di Makkah sendiri, di Kabah banyak sekali patung2 berhala, sebagai akibat akulturasi bangsa Arab dengan bangsa Persia dan Romawi yang suka memelihara patung dan berhala.
Tentu hari ini kita tidak harus menitipkan anak kita ke desa, walau jika dirasa perlu kita bisa pindah ke desa yang seperti gambaran di atas. Intinya di usia 0=6 tahun adalah bahasa Ibu yg utuh, belajar di alam, leadership dengan merawat hewan atau tanaman, banyak belajar di alam terbuka, kearifan atau aqidah (fitrah keimanan) yg terjaga. Di usia 7 tahun ke atas diharapkan anak2 sdh terbangun dasar yg kokoh terkait fitrah keimanan, fitrah belajar, fitrah bakatnya ✅

1⃣1⃣Ustd,,kalo ada anak usia baligh (SMP/SMA) namun tdk sholat/tdk menutup aurat,,lebih tepatnya yg salah siapa sih,,ortu nya apa anaknya ya?? Ibu Andi Bunga Ichwan-Jkt⁠TODAY
1⃣1⃣Setiap bayi lahir dalam keadaan fitrah, maka orangtua/lingkungannya lah yang merubahnya menjadi majusi, nasrani atau yahudi (alhadits)
Di hadits di atas tidak disebutkan Islam, karena anak bahkan sudah terlahir sebagai Muslim karena fitrahnya masih lurus.
Maka pendidikan terbaik adalah pendidikan yang menjaga dan merawat serta menumbuhkan fitrah yg telah Allah tanamkan (install) semenjak anak kita lahir .
Karenanya saya dkk mengadakan kuliah Fitrah based Education secara berseri sebulan sekali agar para orangtua memahami dan mempraktekan konsep mendiidk berbasis fitrah. Silahkan bergabung ✅
~IIP Jakarta 01~

Tidak ada komentar:

Posting Komentar