Minggu, 17 Mei 2015

Rayyan Rewel:Pembelajaran Menjadi Ibu

Ceritanya keponakanku ini gak pernah rewel. Tapi sejak seminggu ini sakit,Rayyan rewel. Termasuk saat kami halaqoh.jadilah saat ibunya hendak sholat zuhur,aku menggantikan ibunya menggendong Rayyan...

Dan tebak,badannya yang belum fit membuat rayyan menangis bukan kepalang. Seribu satu cara menghibur Rayyan aku lakukan agar ia tenang. Sempat panik karena dia benar2 gelisah,sedangkan ibu dan amah2 lain sedang sholat.

Kadang ia terhibur,kemudian menangis sekencangnya.
Tahu tidak,aku pengen sekali segera punya anak (hahaha..pdhl belum nikah). Gara-gara selama ini setiap melihat Rayyan yang manut,selalu tersenyum,serasa mengurangi beban dan keletihanku.
Hingga aku sering tersadar mengapa saat pulang kerja,orangtua senang bertemu anaknya. Karena anak ibarat sumber mata air ditengah kekeringan.

Tapi hari ini,aku baru meyadari satu hal. Punya anak itu tidak hanya enaknnya aja. bahkan sering mereka menjadi ujian kesabaran. Ibunya Rayyan sedang berburu utk menyelesaikan disertasi S3nya,dan beberapa minggu kedepan akan sidang. Belum tuntuntan menjadi dosen di kampus. Plus saat ini harus jd single fighter mengurus Rayyan dirumah  (karena Abi Rayyan lagi berdakwah di negeri Allah yg lain).  Could you imagine that?

Jadilah beberapa menit saja mengurus Rayyan dalam kondisi yg unexpected,menerbangkan saya pada satu hikmah: Ibu Itu Super Sekali. Membayangkan tingkat stress yg tinggi yang sedang dihdapi ibu Rayyan;namun beliau mesti sabar dan tersenyum. Menghapus garis-garis kelelahan beliau agar Rayyan melihat ibunya dalam keadaan terbaik..

Jadi kagum utk wanita2 yang berkeluarga sembari melanjutkan studi,apalagi kadang takdir memisahkan dengan pasangannya demi dakwah. Menurutku merekalah sesungguhnya Great Student,Great Mother,Great wife,Great Da'i. Setiap kita punya jalan dakwahnya sendiri, kan?:)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar