Shiratal Mustaqim: Meluaskan Pandangan
Mengapa di antara banyak pilihan kata yang berarti 'lurus', Allah memilihkan kata mustaqim
Bukankah dia berasal dari kata qa-maa,yang berarti tegak lurus vertikal...
Dan bukankah lurus itu dalam lebih identik dengan garis lurus horiziontal...
Dan kita bertanya, mengapa?
Saya paling suka suasana berangkat kantor lebih pagi. Dan saya selalu mengusahakan agar bisa berdiri diarah sinarnya matahari.
Subhanallah, indahnya rona merah pagi dilangit biru, sungguh membuat hati kita menjadi tenang...
Entah mengapa pagi ini iseng melihat arah sebaliknya, dan saya tidak dapati rona pagi itu, hanya jajaran bangunan yang tampak. Sungguh beruntungnya posisi saya..
Saya tersadarkan. Di KRL yang sama, di ruangan yang sama, setiap orang akan memberikan pandangan yang berbeda ketika ditanya tentang hal yang sama, langit.
Mereka yang mendapat kesempatan melihat cahaya, akan berkata indah, benar-benar indah, cantik, benar-benar cantik.
Tapi apakah salah jika yang tak mampu melihat cahaya, berkata, 'biasa aja'. Kota jakarta sumpek, hanya ada bangunan. Tidak indah. Biasa saja.
Tapi, di langit yang sama, di bumi yang sama bahkan di kubik KRL yang sama, kita bisa berbeda.
Lalu siapakah yang beruntung, yang dibisa bergerak, mengitari kubik KRL, melihat lebih luas, kiri kanan, depan, belakang, dan menemukan kesimpulan yang lebih bijak dan penuh hikmah.
Mungkin..mungkin saja...
sepert inilah pengibaratan Ihdina shiratl mustaqim (jalan yang lurus tegak, yang membuat kita makin bijak dan mengambil hikmah dalam setiap kondisi kita).
Maka makin dekat dengan Allah, jangkauan pandang kita tidak boleh hanya satu sisi (seolah semuanya baik-baik saja). Luaskan...
Supaya kita lebih bijak saat memutuskan, saat bertindak, dan lebih memahami,,,
Karena di langit yang sama, dan bumi yang sama, begitu banyak perbedaan untuk hal yang sama
Tidak ada komentar:
Posting Komentar