Public Health Journey #1
ANGGRAINI SARI ASTUTI
“Kesuksesan berawal dari mimpi.”
Setiap
orang pasti mempunyai pengalaman dan cerita hidup yang berbeda-beda. Setiap
pengalaman dan cerita itu diharapkan bisa menjadi inspirasi bagi dirinya
sendiri dan akan lebih baik lagi jika dapat menginspirasi orang lain. Tema
pengalaman kepemimpinan diri mengarahkan saya untuk bercerita tentang
pengalaman selama menjadi mahasiswa. Mungkin pembaca bertanya-tanya, mengapa
saya membubuhkan angka satu di belakang judul. Semoga pertanyaan itu akan
terjawab dari cerita ini.
Tahun Pertama: Find Your Passion
Cerita
ini dimulai ketika saya diterima di FKM UI untuk kemudian belajar mengenalinya.
FKM adalah singkatan dari Fakultas Kesehatan Masyarakat. Saya beruntung dapat
menimba ilmu di bidang kesehatan masyarakat. Namun, kadang aneh rasanya jika
saya berkuliah di sini—di fakultas yang mencantumkan kata masyarakat—tetapi belum memiliki pengalaman bersama masyarakat.
Oleh karena itu, saya selalu berusaha untuk mengikuti kegiatan-kegiatan yang
berhubungan dengan masyarakat. Banyak yang saya pelajari di sini, tidak hanya
teori melainkan juga ilmu yang sangat aplikatif. Saya bertemu dengan banyak
orang yang memiliki latar belakang yang berbeda-beda mulai dari tingkat sosial
ekonominya, usia, jenis kelamin, agama dan kepercayaan, hingga aturan dan
perilaku-perilaku yang terkait dengan kesehatannya.
Bagi
saya pemimpin yang baik dimulai dari bagaimana kita memimpin diri kita sendiri.
Tahun-tahun pertama saya kuliah adalah tahun pencarian passion saya. Banyak hal yang ingin saya lakukan dan ikuti saat
itu. Saya pernah bergabung dengan beberapa organisasi dengan fokus isu yang
berbeda-beda, seperti organisasi yang bergerak di bidang lingkungan, organisasi
di bidang kewirausahaan, dan organisasi sosial lainnya. Hal yang unik dalam
diri saya adalah keberanian dan semangat yang tinggi. Keberanian membuat saya
tidak takut untuk mencoba hal-hal baru. Sementara itu, semangat yang tinggi
selalu membuat saya tidak mudah menyerah dan optimis terhadap semua yang saya
lakukan.
“Tak seorangpun dapat
meningkatkan taraf hidupnya tanpa mengambil risiko.” (Paul Hanna)
Foto 1. Edukasi 3R untuk Siswa SDN Pondok Cina
03
(Dok. Anggraini Sari Astuti)
Tahun
pertama saya habiskan dengan perjuangan yang dimulai dari nol. Keluarga saya
tidak pernah mengalokasikan dana khusus untuk pendidikan saya. Saya harus
berjuang untuk mampu membiayai seluruh kebutuhan saya selama kuliah dengan
hasil keringat saya sendiri. Saya mulai mendaftar kerja sampingan di sana-sini,
mengikuti jejak senior, melamar untuk menjadi guru privat atau guru di lembaga
bimbingan belajar tertentu. Sementara itu, selama di kampus, saya berjualan
pulsa dan menjual makanan ringan kepada kawan-kawan sesama mahasiswa. Saya
ingat sekali bahwa saya pernah berjualan risoles, tahu isi, bihun goreng,
sampai puding cokelat buatan nenek saya. Untuk menarik pembeli, saya memberikan
nama-nama unik untuk setiap produk yang saya jual, seperti risoles CLBK (Cinta
Lama Bersemi Kembali) dan Puding Jatuh Cinta.
Tahun Kedua: Create Your Target and Keep Believing!
“Orang yang sukses biasanya memahami rasa
sakit.” (Paul Hanna)
Saya
sadar bahwa saya dibiayai oleh pemerintah untuk menjadi salah satu mahasiswa di
Universitas Indonesia. Saya mendapat beasiswa hingga lulus berikut uang saku
per bulan. Itulah yang membuat saya merasa harus berkontribusi selama menjadi
mahasiswa. Saya terlibat aktif di BEM (Badan Eksekutif Mahasiswa) FKM UI di
bidang Pendidikan dan Keilmuan (P&K) pada tahun kedua. Banyak pengalaman
yang saya dapatkan di BEM, mulai dari mengenal pentingnya membuat proposal
hingga menjadi ketua pelaksana sebuah kegiatan.
Foto 2. Pelantikan Pengurus BEM FKM UI tahun
2011
(Dok.
Anggraini Sari Astuti)
Organisasi
mengajarkan saya banyak hal yang mungkin tidak saya temui di dalam perkuliahan
di kelas. Ketika teman-teman saya yang lain sudah pulang ke kos dan
beristirahat, saya masih berada di kampus. Hal ini justru meningkatkan kepekaan
saya terhadap manajemen waktu dan prioritas. Saya berusaha menyeimbangkan
kebutuhan serta perhatian saya terhadap perkuliahan dan organisasi. Oleh sebab
itu, saya tidak menyalahkan organisasi apabila saya belum mencapai hasil
optimal di kuliah saya.
Cerita
lain tentang perjuangan saya di tahun kedua adalah usaha saya untuk memiliki
laptop. Banyaknya tugas kuliah, handout,
dan sistem perkuliahan di perguruan tinggi yang sedemikian rupa membuat laptop
menjadi barang yang amat penting bagi mahasiswa. Sejak awal kuliah, saya belum
memiliki laptop. Sama seperti teman-teman yang lain, tentunya setiap orang
mempunyai target dan mimpi yang tertulis yang diharapkan dapat segera terwujud.
Saat itu, saya menuliskan target yang saya pajang di atas tempat tidur. Salah
satu target itu adalah memiliki laptop di tahun kedua perkuliahan. Harapan
untuk mencapai target tersebut tentunya saya iringi dengan usaha maksimal.
Sebagian penghasilan dari mengajar dan berjualan, saya tabung untuk membeli
laptop. Sedih rasanya ketika detik-detik menjelang semester 4, saya belum juga
mampu mengumpulkan uang yang cukup untuk membelinya. Ditambah lagi, ketika itu,
keluarga saya sedang mengalami masalah ekonomi sehingga saya merelakan tabungan
yang ada untuk keluarga. Saya tidak menyerah dan berusaha mengambil hikmah dari
kejadian ini. Untuk urusan tugas kuliah, toh saya masih bisa “mangkal” di
laboratorium komputer kampus yang tersedia secara cuma-cuma.
Keikhlasan
itu berbuah manis. Suatu hari, saya dihubungi oleh ibu-ibu baik hati yang
bekerja di Pemerintahan Kota Solo, kota kelahiran saya. Beliau bersedia
membantu saya dengan membelikan laptop dan memberikan sejumlah uang. Bantuan
dari ibu tersebut ditambah dengan sebagian uang saya sendiri, saya gunakan
untuk membeli laptop baru. Syukur tidak henti-hentinya saya panjatkan hari itu,
hari ketika saya mempunyai laptop sendiri. Inilah bukti dari kekuatan keyakinan
dan keikhlasan. Target yang saya tuliskan dengan penuh keyakinan akhirnya
benar-benar menjadi kenyataan di saat yang tepat.
Tahun Ketiga: Harvest Time “Your Dream Come True”
“Komitmen memungkinkan
kita mencapai setiap keberhasilan yang kita inginkan.” (Mario Gabriele Andretti)
Di
tahun ketiga ini, target saya adalah memiliki paspor. Saya mendaftar di kantor
imigrasi meskipun saya belum tahu ke mana saya akan pergi. Hal ini terinspirasi
dari ucapan Prof. Rhenald Khasali, guru besar Fakultas Ekonomi UI. Saya juga
melihat kiprah teman-teman saya, baik dari FKM sendiri maupun dari fakultas
lain. Rasa iri mungkin timbul, tetapi iri yang bersifat positif. Saya berpikir,
jika teman saya bisa, kenapa saya tidak. Saya mulai aktif membuka wawasan
dengan mengikuti berbagai seminar. Hal ini saya lakukan bukan untuk mengejar
sertifikat semata, melainkan lebih untuk mengejar ilmu dan pengetahuan baru.
Seminar yang saya ikuti biasanya seminar yang masih berkaitan dengan kesehatan
masyarakat, seminar tentang ekonomi, dan seminar-seminar pengembangan diri.
Saya juga belajar peka terhadap lingkungan
sekitar saya. Betapa saya bangga dan bersyukur karena di fakultas bermakara
ungu ini, saya dapat bertemu tokoh-tokoh kesehatan masyarakat yang namanya
sudah tersohor baik di lingkup nasional maupun internasional. Ingin rasanya
mengenal mereka lebih dekat. Banyak hal yang saya lakukan. Misalnya, tebar
pesona dengan tersenyum ketika berpapasan dengan orang-orang yang saya kagumi
tersebut, atau memberanikan diri untuk mengirimkan pesan singkat via HP maupun jejaring sosial. Hal yang
membuat saya senang adalah ketika mereka membalas pesan yang saya kirimkan.
Tidak sedikit dari mereka yang bahkan memberikan nasehat yang berharga bagi
mahasiswa seperti saya.
Foto 3. Menjadi Youth Scholar dalam Asia
Pacific Conference on Reproductive and Sexual Health and Rights (APCRSHR)
2011
(Dok. Anggraini Sari Astuti)
Kesabaran
dan perjuangan yang saya rajut dari awal perkuliahan terjawab satu per satu di
tahun ketiga perkuliahan. Banyak kesempatan yang datang dari berbagai lini. Hal
ini mulai dari terpilihnya saya untuk mengikuti kegiatan-kegiatan yang
mendukung bidang yang saya geluti, mendapat kesempatan bertemu dengan
orang-orang hebat yang menginspirasi, menjadi mahasiswa berprestasi di fakultas
saya, hingga menginjakkan kaki di belahan dunia yang lain. Saya percaya,
kesempatan ini tidak datang karena keberuntungan semata. Semua ini adalah
akumulasi dari perjuangan saya selama ini.
“Jarakmu menuju
kesuksesan hanyalah sejauh sikapmu.” (John
C. Maxwell)
Foto 4. Bersama 23 Mahasiswa Berprestasi
Universitas Indonesia dalam Program ILDP (Dok. ILDP 2012)
Foto 5. Melakukan Kunjungan ke Kantor
World Health Organization (WHO) Jakarta
(Dok.
Anggraini Sari Astuti)
Tahun Keempat: Show Your Contribution and Continue Your Journey
“Jika Anda ingin
membangun sebuah kapal, jangan panggil orang-orang untuk mengumpulkan kayu, dan
jangan perintahkan mereka untuk melakukan ini itu, melainkan dorong mereka
untuk merindukan samudera luas tak terbatas.....” (Antonie D.)
Foto 6. Core Competence Charity (3C)
oleh Epidemiology Student Forum (Episentrum)
(Dok. Anggraini Sari Astuti)
Pada tahun keempat perkuliahan,
saya
memilih untuk berkontribusi di ruang lingkup yang lebih spesifik di bidang yang
ingin saya dalami. Singkat cerita, saya terpilih menjadi
Ketua Himpunan Mahasiswa Departemen Epidemiologi (Episentrum). Saya ingat
nasihat dari Bapak Adang Bachtiar, Ketua IAKMI (Ikatan Ahli Kesehatan
Masyarakat Indonesia), bahwa apabila ingin sukses, mahasiswa harus tekun, tidak
mudah menyerah, dan tidak lupa mengamalkan kembali apa yang telah ia dapat dan
ia capai. Saya ingin membagi semangat saya kepada teman dan adik tingkat saya. Alhamdulillah, saya mempunyai kesempatan
untuk berbagi pengalaman dan cerita saya kepada kawan-kawan.
Sebaliknya, saya
pun belajar dari cerita-cerita mereka yang juga hebat.
Foto 7. Kelompok
Prakesmas Puskesmas Kecamatan
Cipayung tahun 2012
(Dok. Anggraini Sari Astuti)
Saya
juga berkesempatan untuk melakukan praktikum kesehatan masyarakat bersama
teman-teman satu angkatan di puskesmas. Prakesmas
adalah salah satu syarat kelulusan mahasiswa kesehatan masyarakat. Kegiatan ini
terdiri dari beberapa tahap, tahap I yakni identifikasi masalah kesehatan yang
terjadi di wilayah kerja puskesmas setempat, tahap II yakni melakukan riset
berbasis prioritas masalah kesehatan yang ditemukan dalam tahap I, dan tahap
III adalah intervensi sebagai tindak lanjut dari riset yang
dilakukan di tahap II. Saya belajar tentang arti kerja sama dan
toleransi. Saya mendapat banyak wawasan selama
prakesmas berlangsung, terlebih lagi karena kegiatan ini
saling berhubungan antara tahap pertama hingga tahap ketiga.
“Anda tidak akan dapat memiliki waktu, tapi
dapat memanfaatkannya dan sekali kehilangan waktu, Anda tidak akan bisa
mendapatkannya kembali.” (Harvey
Mackay)
Saya
sedang menyusun tugas akhir kuliah selama penulisan cerita ini. Tentunya akhir
dari cerita tahun keempat belumlah sampai pada cerita tentang kelulusan saya.
Namun,
yang ingin saya tekankan di sini adalah bahwa banyak sekali
pengalaman dan cerita yang telah saya lalui selama menjadi mahasiswa.
Waktu-waktu tersebut sebentar lagi akan berlalu. Saya
mungkin tidak dapat memutar waktu untuk mendapatkannya kembali. Meskipun demikian,
saya yakin, bahwa masa ini bukanlah akhir dari perjalanan saya. Cerita ini
belum selesai sampai di sini karena saya sedang bersiap untuk melakukan
perjalanan selanjutnya. Perjalanan untuk mendalami arti dari kesehatan
masyarakat dan proses menuju kedewasaan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar