Selasa, 25 Desember 2012
Menaklukan Ketidakadilan Ekonomi Israel-Palestina
Menaklukan Ketidakadilan Ekonomi Israel-Palestina
Serangan awal 14 November 2012 antara Israel Palestina sudah merugikan perekonomian Israel mencapai 760 juta dolar AS, dan USD300 juta atau sekitar Rp450 miliar bagi Palestina.
Kerugian ekonomi bagi Israel ini terjadi karena sistem pencegat rudal dan roket Hamas milik Militer Israel yang terkenal dengan sebutan Iron Dome ternyata menelan biaya sangat besar. Akan tetapi, Israel bisa memulihkannya melalui bantuan negara AS dan adanya rencana memasukkan Iron Dome ke bursa saham seperti yang dilangsir Avi Dichter Menteri pertahanan Sipil Israel, Avi Dichter.
Lain halnya Palestina, kerugian yang mereka tanggung sulit untuk dipulihkan kembali. Akibat serangan November ini saja , Palestina Chamber of Commerce menyerukan agar Jalur Gaza ditetapkan sebagai daerah bencana ekonomi, karena terjadi kerusakan pertanian, kesehatan dan sektor sosial.
Padahal berdasarkan data Kementerian Keuangan Palestina, pertumbuhan perekonomian di Palestina sudah mengalami penurunan tajam sejauh ini pada tahun 2012, menurun dari 9 persen selama kwartal pertama tahun lalu hingga 5,4 persen tahun ini.
Politik Kurangan Ayam Perlakuan Israel sangat mengurangi ruang gerak para penduduk, termasuk masa depan ekonomi dan perkembangan sosial dari wilayah tersebut. Ironinya, sebagai sumber penghidupan ekonomi, warga Palestina merambah bidang jasa angkutan furnitur, menjadi tukang kebun, tukang bangunan, dan sejumlah pekerjaan kasar lainnya melalui kantor koordinasi militer milik Israel.
Setidaknya, sebagai mahasiswa ekonomi, saya berpendapat ada dua cara yang dapat dilakukan untuk dapat mengikis ketidakadilan ekonomi ini.
Pertama, mengkonsolidasikan negara-negara muslim dan negara peduli Palestina untuk memboikot secara ekonomi negara-negara yang terbukti menindas ekonomi Palestina secara langsung atau tidak langsung. Indonesia dengan kapasitas negara sebagai pelaku ekonomi strategis , negara G-20 dan yang memiliki pengaruh besar di negara muslim dapat memainkan perannya disini. Secara peran, negara-negara Muslim memiliki sumber daya alam strategis terutama minyak yangmenjadi hal utama yang dapat menggertak musuh.
Kedua,meningkatkan bantuan perekonomian kepada Palestina. WIEF (World Islamic Economic Forum) yang akan berlangsung 4-6 Desember 2012 dapat dijadikan forum untuk melontarkan isu ini bantuan ini. Dan sudah seharusnyalah WIEF bisa menjadi jembatan yang tidak hanya membahas perkembangan situasi ekonomi dunia terkini lalu bersama-sama mencari jalan pemecahannya, tapi juga membahas perkonomian negara muslim yang nyata terlihat sedang tertindas, Palestina.
Menaklukkan ketidakadilan ekonomi yang sudah tersistem ini memang tidak mudah.Namun, paling tidak, kita dapat mengimbangi kecerdikan ini dengan memanfaatkan peran strategsi perekonomian negara-negara yang peduli dengan ketidakadilan ekonomi ini.
● Rahma Suci Sentia, Mahasiswi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia,
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar