- Pendidikan, artinya menggunakan ilmu yang didapat dikampus dalam bisnisnya.Tidak ada istilah sia-sia dalam belajar di kampus, maka kegiatan bisnis yangdilakukan harus memiliki nilai tambah sesuai dengan studi yang dipelajari
- Penelitian membawa semangat continuous improvement dan research dalam perjalanan entrepreneurialnya.
- Pengabdian masyarakat pun membentuk mereka tetap beretika, berterima kasihdengan pemberdayaan yang bisa mereka lakukan, baik pegawai maupun lingkungan sekitar.
Pemuda, Sustainable
Entrepreneur, Kemandirian Bangsa
Oleh Rahma Suci Sentia
Diskursus mengenai peran pemuda dalam membangun sebuah
negara tidak akan pernah dikenal habisnya. Pepatah “pemuda masa kini adalah
pemimpin masa depan” tampak sudah mendarah daging dalam segala bentuk
perjuangan pemuda di mana pun ia berada. Ketika pemuda ia berkarya, berjuang
dan berkorban untuk negara, dan ketika ia semakin matang dan dewasa, negara
memberikan kesempatan baginya untuk mengabdikan diri sebagai “pelayan negara”
( Ridwansyah Yusuf)
KETIKA membicarakan
pemuda dan ekonomi Indonesia, serasa ada secercah harapan tertopang atas
prospek perekonomian bangsa ini di masa mendatang.
Akan
tetapi, realita dan idealita pemuda sekarang terasa berbeda dengan fakta
yang terjadi pada 28 oktober 1928 nan silam. Ketika itu 71 pemuda dari seluruh
Indonesia mendeklarasikan Sumpah Pemuda untuk mengangkat harkat dan martabat
hidup Indonesia asli.
Mereka
tidak sekadar bersumpah dan menjadi harapan semua rakyat. Mereka
benar-benar meraih kemerdekaan dan menghapuskan derita rakyat dari penjajahan
kolonial. Sumpah mereka bukan sekadar sumpah, tapi harga mati bagi tegaknya
sebuah kejayaan dan tekad untuk beraksi. Tidak sekadar simpati.
Lalu, apa
yang sanggup dilakukan pemuda kini ketika harus melihat fakta rakyatnya masih
saja tertindas oleh penjajahan elit modern bernama kemiskinan? Apalagi,
ditambah fakta pemuda Indonesia justru diprediksi akan menjadi sumber
persoalan sosial baru di masyarakat. Ini dikarenakan semakin
meningkatnya tingkat pengangguran dari kalangan pemuda telah
mencapai 60,5 persen (data BPS). Pertanyaannya adalah apakah pemuda seperti
ini yang mampu menjadi harapan bangsa dalam menangani kemiskinan?
Dan
seharusnya , pemuda memiliki semangat pergerakan yang membara dalam jiwa. Hal
inilah yang sebenarnya menjadi salah satu alasan mengapa pemuda memiliki peran
yang penting dalam masyarakat. Karena semangat pergerakan mereka yang jika
dilaksanakan dalam rute yang positif akan menciptakan perubahan-perubahan,
serta pengaruh dalam masyarakat, sehingga tercipta pula tatanan yang baik.
Peran pemuda itu sendiri dapat sebagai subjek penggerak perubahan, pencipta
ide kreatif, sekaligus objek yang akan menjadi contoh nyata dalam perubahan
tersebut.
Pemuda dan Sustainable Entrepreneur
Tak dapat dimungkiri, pasar telah menjadi kekuatan yang
paling besar untuk menciptakan kesempatan dan mengangkat orang dari
kemiskinan. Akan tetapi, Indonesia justru kekurangan 4,5 juta pengusaha
untuk dilibatkan di dalam pasar. Ini bisa menjadi peluang sekaligus tantangan
bagi pemuda. Setidaknya dengan ini, ada tiga hal yang seharusnya bisa
dilakukan oleh pemuda kini.
Pertama, pemuda dapat menjadi Sustainable Entrepreneur dan mencetak ideal enterprise dengan menghimpun wirausaha. Dengan begitu,
akan tercipta social justice, yakni
tiadanya penguasaan kapital di segelintir pihak dengan tanpa empati.
Sustainable
Entrepreneurship menjadi ideal karena menggabungkan konsep Regular,
Social and Green Entrepreneurs (Huet(2010) menjadi satu kesatuan yang tidak terpisahkan. Lebh
jauh Crals et al dalam Sustainable
Entrepreneurship in SMEs. Theory and Practice” [http://inter-disciplinary.net/ptb/ejgc/ejgc3/cralsvereeck%20paper.pdf] menyebutkan
“….defined sustainable development as the
continuing commitment by business to behave ethically and contribute to
economic development while improving the quality of life of the workforce,
their families, local communities, the society and the world at large as well
as future generations.”
Kedua,
pemuda harus meningkatkan kapabilitas dan edukasi dirinya sehingga mampu
melahirkan inovasi baru dalam kegiatan produksi sehingga mampu menghasilkan
satu pasar ekonomi produktif yang menyejahterakan masyarakat lokal Indonesia.
HIPMI UI,
sebuah Himpunan Pengusaha Muda Universitas Indonesia mengagas ide dan semangat
serupa. Bahkan menyodorkan ide dan bukti bahwa pengusaha muda itu seharusnya
dlahirkan mengikuti kriteria sebagai berikut, yang selalu kita kenal dengan
“Tri Dharma Perguruan Tinggi”.
Ketiga,
pengusaha muda haruslah berkarakter mandiri, konsiten, dan kontekstual.
Mandiri berarti adanya tekad untuk membangun dan menjaga kemandirian keuangan.
Konsisten dibuktikan dengan tetap berpegang teguh pada visi–misi pemberdayaan
masyarakat miskin dan terpinggirkan. Kontekstual berarti hadir untuk menjawab
kebutuhan dan mengantisipas tantangan dan peluang yang ada.
Pemuda
Indonesia sebagai arsitek dan pemimpin masa depan Indonesia, pemuda bukan
hanya penonton yang hanya bisa bertepuk tangan. Pemudalah yang akan
mendesain masa depan negeri ini, karena masa depan negeri ini akan di isi oleh
pemuda masa kini, jangan sampai pemuda mengizinkan generasi tua merusak karpet
merah yang akan pemuda isi dengan penuh integritas dan cinta akan tanah air.
Pemuda
harus bisa merencanakan apa yang terbaik untuk negeri di masa mendatang, bukan
sekedar pengikut tanpa memiliki pendirian yang kuat. Harta dan Tahta tidak
cukup untuk membayar idealisme pemuda, maka pemuda juga harus membuktikan
dengan maha karya besar untuk negeri. Pemuda dan desain penguasaha muda
berjiwa Sustainable Entrepreneur adalah
salah satu desainnya.
Dengan
begitu, kelak ketika membicarakan pemuda dan ekonomi Indonesia, bukan lagi
sekadar secercah harapan saja yang timbul. Tetapi, rakyat bisa menyaksikan
bahwa harapan itu telah tegak menjadi sebuah kejayaan rakyat.
Ini Tantangannya di era globalisasi!!! Ilmu, Amal, dan Iman
Di era
globalisasi ini, masih saja bahkan sangat banyak yang mempertanyakan
kemampuaan pemuda untuk tetap mampu bersaing dalam kompetensi dengan modal ilmu, amal, dan iman. Modal ini telak
dibutuhkan Sustainable Entrepreneur.
Karena jika seseorang sudah membulatkan tekad kepada ketiga modal tersebut,
jelaslah profesionalisme berbalut idealisme yang akan menjadi sumber
segala tindakannya.
Globalisasi bagi sebagian orang adalah malaikat yang membuat
mereka tampak lebih canggih dan lebih keren, bagi yang lain ia seperti hantu
yang siap menerkam semua yang dimiliki seseorang. Masa ini “ tidak ada”
lagi yang dapat dirahasiakan karena “dunia ada dikamar kita”. Melihat flasback
tentang asal muasal globalisasi, paling tidak ada empat hal yang menjadi
sumber kelahirannya, yakni teknologi, pasar, kerjasama, dan regulasi.
Teknologi membuat semua orang menjadi semakin pintar, semakin tahu, semakin
modern.
Satu negara dijadikan pasar segar bagi negara lain yang
justru membuat negara penikmat produk barang dan jasa tersebut menjadi semakin
dimanjakan dan tidak mampu mengembangkan produk yang sebenarnya mereka mampu
buat sendiri. Kini, pasar barang kita dijajah oleh Cina. Bukan hanya produknya
tapi juga tenaga kerja China kini mulai menguasai pasar Indonesia.
Apakah karena kita (pemuda) bodoh? Atau sebenarnya kita pintar tapi kita yang
tidak tahu akan kepintaran kita. Atau justru kita selama ini belum
memanfaatkannya. Padahal Allah sangat menyukai apabila seseorang
mengerjakan pekerjaan dengan optimal, baik, dan sempurna (itqan/ excellent/
cemerlang).
Pemuda
harus belajar profesioanal sekarang dan mengerti standardisasi karena
disinilah letak kalah kita dibanding kelompok lain. Terutama para the next Sustainable
Entrepreneur. Bukan hanya itu, selain profesioanal maka sebagai pemuda
yang baik kerja keras dan jujur harus manmade “makanan”utama pemuda.
Profesioanal sesungguhnya bukan berarti hanya kerja pintar tanpa perjuangan,
Pasted
from <file:///D:\kompetisi\ilc\Pemuda,%20Sustainable%20Entrepreneur,%20%20Kemandirian%20Bangsa.docx>
Tidak ada komentar:
Posting Komentar