Senin, 29 Juni 2015

Dzulqornain

✏ Catatan Kajian Ramadhan Bersama Al-Fatih #6 (Siroh dalam Al-Quran)
๐Ÿ‘ค Ust. Budi Ashari, Lc.
๐Ÿ“— Dzulqornain, Potret Pemimpin Terbaik
๐Ÿ“† 4 Ramadhan 1436/21 Juni 2015

Ibnu Taimiyah dalam Majmu Fatawa menyebutkan bahwa kisah Dzulqornain ialah kisah terbaik tentang raja-raja.

Kisah ini terdapat dalam surat Al-Kahfi, surat yang turun di masa sulit kenabian. Saat itu Allah menurunkan empat kisah: kisah dua orang yang kaya dan miskin, kisah ashabul kahfi, kisah Nabi Khidir, dan kisah Dzulqornain.

Mengapa saat di masa sulit, Allah menurunkan kisah Dzulqornain?
Menurut Syaikh Mubarakfuri, kisah ini untuk menyampaikan pada Nabi bahwa kondisi Nabi Muhammad saat itu memang sulit, namun suatu saat kekuasaan beliau akan meliputi Timur dan Barat, seperti Dzulqornain.

[Sababun Nuzul Dzulqornain]
Orang Yahudi memberikan bekal banyak dari sisi ilmu pada kafir Quraisy untuk menyerang Nabi. Saat itu, orang Yahudi mengatakan pada kafir Quraisy agar bertanya tentang tiga hal pada Muhammad, yaitu ruh, raja yang menguasai timur dan barat, dan pemuda yang ditidurkan oleh Allah. Yahudi berkata, jika Muhammad bisa menjawab detil, maka dia bukan Nabi.

Rasulullah saat itu tidak menjawab tiga pertanyaan ini dengan detil. Tentang urusan ruh, Rasulullah menjawab bahwa ruh ialah urusan Allah dan manusia tidak diberi pengetahuan melainkan hanya sedikit. Tentang ashabul kahfi, tidak ada kejelasan mengenai jumlah pemuda. Tentang Dzulqornain pun begitu, lebih banyak yang tidak jelasnya. Semua ketidakdetilan ini membuktikan bahwa Muhamad ialah seorang Nabi.

Tentang Dzulqornain pun ada perbedaan pendapat. Ada yang menyebutkan bahwa ia adalah Iskandar The Great murid Aristoteles, ada yang berpendapat bahwa ia adalah raja Persia, raja Cina, bahkan ada yang berpendapat bahwa ia adalah orang yang menyembunyikan imannya di kisah Nabi Musa.

[Kaidah Bertanya]
Bertanya boleh, bahkan dianjurkan. Bertanyalah pada ahli ilmu jika kalian tidak mengetahui. Namun, hati-hati juga jika banyak bertanya yang tujuannya untuk lari dari syariat. Inilah salah satu penyebab hancurnya orang-orang terdahulu.

Orang kafir bertanya tentang tiga hal ini dengan niat buruk, namun jawaban dari Nabi ternyata sangat bermanfaat bagi kaum Muslimin. Inilah wujud dari "..wallahu khairul maakirin."

ูˆَูŠَุณْุฃَู„ُูˆู†َูƒَ ุนَู†ْ ุฐِูŠ ุงู„ْู‚َุฑْู†َูŠْู†ِ ۖ ู‚ُู„ْ ุณَุฃَุชْู„ُูˆ ุนَู„َูŠْูƒُู…ْ ู…ِู†ْู‡ُ ุฐِูƒْุฑًุง

Mereka akan bertanya kepadamu (Muhammad) tentang Dzulkarnain. Katakanlah: "Aku akan bacakan kepadamu sebagian cerita tentangnya."
ุฅِู†َّุง ู…َูƒَّู†َّุง ู„َู‡ُ ูِูŠ ุงู„ْุฃَุฑْุถِ ูˆَุขุชَูŠْู†َุงู‡ُ ู…ِู†ْ ูƒُู„ِّ ุดَูŠْุกٍ ุณَุจَุจًุง

Sesungguhnya Kami telah memberi kekuasaan kepadanya di (muka) bumi, dan Kami telah memberikan kepadanya jalan (untuk mencapai) segala sesuatu," (Al Kahfi: 84-85)

Masa depan kaum Muslimin ialah masa depan kebesaran dan kekuasaan (Tamkin) Islam. Untuk mempelajari Tamkin ini, maka kita perlu belajar dengan orang terdahulu yang telah Allah berikan Tamkin. Salah satunya ialah Dzulqornain.

Allah memberikan kekuasaan kepada Dzulqornain karena Dzulqornain telah memiliki "Sababa", yaitu jalan, sebab, dan perangkat kesuksesannya. Bisa jadi, umat Islam saat ini tidak dapat memimpin (atau berhasil memimpin, lalu jatuh lagi) karena tidak memiliki perangkatnya dengan lengkap. Jika sababa sudah cukup, maka akan Allah berikan tamkin.

Al-Quran hanya mencatat tiga perjalanan Dzulqornain dari sekian banyak perjalanannya. "Perjalanan" ini mengajarkan pada umat Islam bahwa seperti itulah seharusnya pemimpin. Ia berjalan melihat kondisi orang yang dipimpinnya. Bukan duduk di singgasananya. Umar bin Khattab pun mengeluarkan banyak kebijakan penting yang berasal dari hasil perjalanan malamnya.

ุญَุชَّู‰ٰ ุฅِุฐَุง ุจَู„َุบَ ู…َุบْุฑِุจَ ุงู„ุดَّู…ْุณِ ูˆَุฌَุฏَู‡َุง ุชَุบْุฑُุจُ ูِูŠ ุนَูŠْู†ٍ ุญَู…ِุฆَุฉٍ ูˆَูˆَุฌَุฏَ ุนِู†ْุฏَู‡َุง ู‚َูˆْู…ًุง ۗ ู‚ُู„ْู†َุง ูŠَุง ุฐَุง ุงู„ْู‚َุฑْู†َูŠْู†ِ ุฅِู…َّุง ุฃَู†ْ ุชُุนَุฐِّุจَ ูˆَุฅِู…َّุง ุฃَู†ْ ุชَุชَّุฎِุฐَ ูِูŠู‡ِู…ْ ุญُุณْู†ًุง

Hingga apabila dia telah sampai ketempat terbenam matahari, dia melihat matahari terbenam di dalam laut yang berlumpur hitam, dan dia mendapati di situ segolongan umat. Kami berkata: "Hai Dzulkarnain, kamu boleh menyiksa atau boleh berbuat kebaikan terhadap mereka."
ู‚َุงู„َ ุฃَู…َّุง ู…َู†ْ ุธَู„َู…َ ูَุณَูˆْูَ ู†ُุนَุฐِّุจُู‡ُ ุซُู…َّ ูŠُุฑَุฏُّ ุฅِู„َู‰ٰ ุฑَุจِّู‡ِ ูَูŠُุนَุฐِّุจُู‡ُ ุนَุฐَุงุจًุง ู†ُูƒْุฑًุง

Berkata Dzulkarnain: "Adapun orang yang aniaya, maka kami kelak akan mengazabnya, kemudian dia kembalikan kepada Tuhannya, lalu Tuhan mengazabnya dengan azab yang tidak ada taranya."
ูˆَุฃَู…َّุง ู…َู†ْ ุขู…َู†َ ูˆَุนَู…ِู„َ ุตَุงู„ِุญًุง ูَู„َู‡ُ ุฌَุฒَุงุกً ุงู„ْุญُุณْู†َู‰ٰ ۖ ูˆَุณَู†َู‚ُูˆู„ُ ู„َู‡ُ ู…ِู†ْ ุฃَู…ْุฑِู†َุง ูŠُุณْุฑًุง

Adapun orang-orang yang beriman dan beramal saleh, maka baginya pahala yang terbaik sebagai balasan, dan akan kami titahkan kepadanya (perintah) yang mudah dari perintah-perintah kami." (Al Kahfi: 86-88)

Oleh karena kekuasaannya meliputi bumi, maka Dzulqornain berjalan mengelilingi bumi. Ia sampai di tempat matahari terbenam, di air yang hitam. Di sana ia bertemu dengan suatu kaum dan memberikan kaidah penting kepemimpinan.
Bagi orang yang kafir akan diberikan hukuman, dan hukuman Allah jauh lebih keras lagi. Bagi yang beriman akan diberikan pahala dari Allah dan dimudahkan urusannya. Dzulqornain pun mendakwahkan mereka.

Kemudian Dzulqornain menempuh jalan lain ke Timur ke tempat terbitnya matahari.
ุญَุชَّู‰ٰ ุฅِุฐَุง ุจَู„َุบَ ู…َุทْู„ِุนَ ุงู„ุดَّู…ْุณِ ูˆَุฌَุฏَู‡َุง ุชَุทْู„ُุนُ ุนَู„َู‰ٰ ู‚َูˆْู…ٍ ู„َู…ْ ู†َุฌْุนَู„ْ ู„َู‡ُู…ْ ู…ِู†ْ ุฏُูˆู†ِู‡َุง ุณِุชْุฑًุง

Hingga apabila dia telah sampai ke tempat terbit matahari (sebelah Timur) dia mendapati matahari itu menyinari segolongan umat yang Kami tidak menjadikan bagi mereka sesuatu yang melindunginya dari (cahaya) matahari itu,
ูƒَุฐَٰู„ِูƒَ ูˆَู‚َุฏْ ุฃَุญَุทْู†َุง ุจِู…َุง ู„َุฏَูŠْู‡ِ ุฎُุจْุฑًุง

demikianlah. dan sesungguhnya ilmu Kami meliputi segala apa yang ada padanya." (Al-Kahfi: 89-91)

Ada dua penafsiran:
1. Masyarakat ini disinari terus oleh matahari sepanjang hari.
2. Masyarakat ini tidak memakai pakaian.

Jika di Barat tindakan Dzulqornain jelas, yaitu mendakwahkan kaum tersebut, tapi di ayat ini tidak disebutkan dengan jelas apa yang dilakukan oleh Dzulqornain.
Lalu apa yang dilakukan oleh Dzulqornain? Ternyata Dzulqornain melakukan hal yang sama dengan kaum sebelumnya. Hal ini diketahui dari kata ูƒَุฐَٰู„ِูƒَ di awal ayat ini.

[Al-Kahfi: 92-98]
Dzulqornain pun berangkat lagi hingga menemui kaum yang hampir-hampir tidak mengerti pembicaraan. Namun, Dzulqornain tetap berusaha berkomunikasi dengan mereka.
Inilah pelajarannya, meskipun seorang pemimpin menemui masyarakat yang susah diajak berkomunikasi, maka seorang pemimpin wajib berusaha menghilangkan kesulitannya.

Kaum ini meminta dibuatkan "sadda" yang dapat melindunginya dari Ya'juj Ma'juj. Dzulqornain justru membantu mereka dalam membuat "rodma"
[Sadda: dinding biasa
Rodma: dinding berlapis]

Dalam membuat "rodma", Dzulqornain tidak mengambil upah, ia hanya meminta bantuan tenaga. Inilah potensi kaum ini yang dilihat oleh Dzulqornain.

Pelajarannya, pemimpin tidak harus memenuhi keinginan yang diucapkan rakyatnya. Jika ada hal yang lebih baik dari apa yang diinginkan rakyat, maka pemimpin dapat melakukan hal tersebut.

_______________________
๐Ÿ“ฆ Infaq Kegiatan Ramadhan Bersama Al-Fatih
• Bank Syariah Mandiri
• No. Rek 7062270114 a.n. Al Fatih Pilar Peradaban, Yayasan
• Transfer dengan menambahkan kode unik #900 di belakang (mis: 1.000.900)

๐Ÿ“ž Narahubung: 081320003460 (Abu Ibrahim)

๐Ÿ“‹ Kegiatan dan laporan keuangan dapat dilihat di website www.kuttabalfatih.com

๐Ÿ”ˆ Silakan sebarkan kiriman ini tanpa mengubah aslinya. Semoga bermanfaat dan menjadi amal jariyah. Jazaakumullah khairan.

๐Ÿ“Œ Hadirilah kajian berikutnya, Sabtu 10 Ramadhan 1436/27 Juni 2015 pkl 8.30-12.00 di Kuttab Al-Fatih Depok, Jl. Lafran Pane Raya No. 100, RTM, Cimanggis, Depok.
Tema:
๐Ÿ”ฐPerang Badar, Saat Tiada Usaha Manusia oleh Ust. Iwan Setiawan, Lc.
๐Ÿ”ฐPerang Hunain, Matematika Manusia Penyebab Kekalahan oleh Ust. Budi Ashari, Lc.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar