Ia tergopoh~gopoh membawa barangnya. Ia rupanya penjual di salah satu halte ini. Tua dan renta.
Hanya karena memikirkan diriku sendiri,aku memgabaikan seorang ibu tua yang rasanya sepanteran dengan usia nenek~nenek kita. Ada satu kebaikan yang hilang pagi ini. Ya semoga itu tidak menjadikan Allah menutup RahimNya padaku.
Laihsanu 'alal ihsan. Tidak ada kebaikan tanpa balasan kebaikan
Bukankah begitu Allah sampaikan dalam salah satu ayat di surah Arrahman?
Aku masih saja memperhatikan si ibu karena pagi ini aku cukup lama menunggu bus. Dia begitu kuat. Tak tampak senyum di rautnya. Tapi entah kenapa aku yakin, itu bukan karena beban berat hidup yang menjadikannya memderita. Tapi dalam diam bisu sederhananya,ia menyimpan kebijaksanan dan patriotik seorang ibu tangguh
Sesosok ibu tua,lebih muda dari ibunya tampak turun dari sebuah ojek. Tertatih dengan tongkatnya,hendak menuju sebuah daerah dengan taksi.
Dua bayangan nyata memberikan pelajaran pada ku dan kita hari ini. Tentang sosok ibu
Aku bertanya,mana anak ibu ini?Alangkah anak~anaknya menyiakan ibunya yang tampak sudah tertatih dengan tongkat dengan punggung yang membungkuk.
Ah astaga,tiba~tiba aku memikirkan hal yang tampaknya suudzon tapi bagiku itu hikmah.
Ibu yang kaya,lebih muda,belum tentu lebih bahagia. Dan bisa saja diantara kenikmatannya, Allah ambil sedikit demi sedlkit harta paling berharga,yaitu kesehatan..
daripada ibu miskin,yang hidupnya penuh perjuangan,tampak kuat dalam tatihannya. Sehat dalam langkahnya..
Ya Allah itu begitu sempurna memberikan cerita kehidupan pada manusia. Dimata awam kita,mungkin tampak tak sempurna,tapi justru disana hikmah tentang arti sempurna
Tidak ada komentar:
Posting Komentar