Rabu, 26 Desember 2012

SHINE dalam Bingkai FSI, Mau Dibawa Kemana?

SHINE dalam Bingkai FSI, Mau Dibawa Kemana?
Oleh Rahma Suci Sentia

“Organisasi dalam organisasi” itulah departemen SHINE, departemen yang memiliki keistemewaan yang dilebikan didalam hal peran “kekuasaan” dan lain-lain. Anologinya, SHINE adalah DIY-Indonesia dalam FSI. Awal mula yang membanggakan ketika saya mendapati fenomena ini. Apalagi SHINE selalu diidentikkan mulai dari tempat pusat konsentrasi lahirnya kader pemimpin bermutu baik untuk internal maupun eksternal FSI sampi wadah kaum pecinta “belajar, belajar, dan belajar”. Dan pertanyaannya adalah banggakah saya sebagai SHINErs berada dalam kalangan elite ini. “Kalangan elite “ yang mungkin istilahnya lahir tanpa disengaja karena pengaruh ekstern yang terlalu memandang tinggi departemen ini. “Kalangan elite” yang mungkin pula istilahnya lahir dari intern sendiri karena mau tidak mau bangga dengan segala keotoritasan dan keunggulan yang dihadiahi ini. Maka tak ayal, jika di tahun pertama bahkan mungkin di tahun seterusnya, para kadernya belum pernah merasa sebagai kader FSI. Jangan disalahkan pula ketika para kadernya mulai mengeluarkan opsi pisahnya SHINE dari FSI dan mulai membentuk BSO sendiri. Bahkan ketika adanya undangan ekslusif untuk kajian , kompetisi di bidang ekonomi islam lagi-lagi departmen yang terlalu kegemukan ini terpaksa meraup untuk mereka sendiri (Alangkah anehnya jika ada kader dakwah yang hanya mampu memberi manfaat untuk dirinya sendiri!). Jangan jengkel pula ketika open recruitment FSI didominasi oleh para maba yang begitu terhipnotis dengan auranya SHINE. Maka jangan bingung pula jika banyak kader- kader FSI, yang notabenenya kader (baca: muslim)Lembaga dakwah Fakultas Ekonomi belum tahu apa esensi ekonomi islam itu sendiri. Benar-benar ekslusif!!

Sebuah ironi memang. Ironi yang sedari dulu disadari oleh para kader intern dan ekstern SHINE, diakui pula oeh petinggi-petingginya. Hanya kesadaran akan adanya sistem yang salah , kesadaran harus adanya perubahan tapi (lagi-lagi) tanpa keberanian untuk melakukan perbaikan dan evaluasi. Inilah yang membuat masalah sistemik terulang lagi di SHINE. 


SHINE memiliki amanah pertanggungjawaban yang terlalu berat jika masih berada dalam kondisi seperti ini. Jadi, jangan disalahkan banyak proker yang tak terjalankan; banyak peran dan fungsi esensi terlupakan. Ia harus bertanggungjawab kepada FSI sdalam fungsi supordinate-subordinate, menjalankan peran pula sebagai “organisasi” Kelompok Studi Ekonomi Islam ( KSEI) yang diamanahi begitu banyak peran dari FoSSEI (Forum Silaturrahmi Studi Ekonomi Islam), memastikan terbumikannya islam di dalam SHINE, FSI, FE, UI, dan masyarakay umum. Bahkan dalam visi misi SHINE yang merupakan derivasi dari KEI dan KIAMI telah termaktub jelas bahwa bebannya “dipaksa se Indonesia” bahkan jika mungkin internasional. Sepatutnya tidak masalah bagi SHINE yang berada di fakultas dan universitas world class seperti UI. Bahkan untuk hal yang simple saja, SHINE mesti melaporkan ke FSI. Wajar seharusnya. Akan tetapi, ini jelas bagai paradoks, SHINE dengan amanah mumpuni tapi kemampuan untuk menunauikannya yang terkerangkeng. FSI- SHINE harus duduk bersama mereposisi fungsi tadi demi amanah dakwah membumikan islam benar-benar tergapai. Opsinya hanya dua, yakni SHINE cukup membumikan ekonomi islam sebagai kelompok studi Ekonomi Islam dan FSI FE membumikan islam secara universal sebagai Lembaga Dakwah Fakultas dengan mulai memikirkan pemisahan “dua organisasi ini” atau SHINE hanya menjadi manifestasi tanggung jawab FSI Faultas Ekonomi dalam core competencenya sebagai Lembaga Dakwah FAkultas berbasis kompetensi. 

Saya pribadi dan mungkin mayoritas dari kader meyakini “Mengapa kita harus pisah, toh tujuan kita sama-sama Lillahi Ta’ala. Jangan sampailah kita membingungkan objek dakwah kita kelaknya”. Diharapkan dengan opsi kedua yang menurut saya lebih besar manfaatnya daripada mudharatnya akan menjadikan solusi terhadap masalah yang tiap tahun menjadi evaluasi (melulu). Beberapa permasalahan itu berupa;
1. pemilihan BOD dengan sistem close recruitment dan atas dasar kekleuargaan tanpa berbasis profesionalitas.
· Hal ini terjadi karena oprec dilakukan hanya untuk staf dalam waktu 1 minggu. SHINE yang pendaftarnya membludak tidak mungkin dihandle hanya oleh Kadept dan Wakadept saja. Solusinya, BOD pun dipilih sebelumnya dari SHINErs tahun sebelumnya yang belum tentu capable.
· Kurang profesionalitanya dibuktikan dengan kurangnya komitmen menjalankan proker yangsedari awal mereka setujui sendiri berdasarkan pertimbangan kemampuan BOD.
· Efek recriutmenta atas dasar sungkan sama sungkan ini pun pada akhirnya mebuat SHINE lemah kontrol.
2. “Menduanya BOD” ;
Definisi staf bagi SHINE adalah “partner” saja; BOD adlah BPH; Kadept dan wakadept adalah PI . Berbeda dari FSI yang memndang BOD dan Partner sama saja , yakni sama-sama staf. Timbullah efek lain dari BOD. Mereka dengan tanggungjawab lebih dari staf yang menjalankan fungsi manajemen divisi HRD/ project/ syiar/ PR (yang sebenarnya bisa diintegrasikan kepada departemen atau biro FSI lain) akhirnya kebanyakan menjadi double agent dengan prioritas lain lebih dipentingkan.
3. ketidaksadaran akan tanggung jawab sebagai pimpinan sub-divisi
Mayoritas BOD benar-benar tidak sadar akan perannya sebagai pemimpin sub-divisi sehingga dijumpai setelah melewati euphoria awal kepengurusan, akhinya Kadept dan Wakadept sendiri yang langsung turun membawahi partner
4. Terlalu banyaknya jenjang birokrasi
Ini Menjadikan partner tidak terkontrol, hilang-hlangan bahkan idle selama satu tahun kepengurusannya; tidak jelasnya peran dan amanah; kurangnya rasa memiliki dan dimiliki antar anggota
5. Semangat eksekusi dan implementasi proker hanya euphoria di awal saja, seperti SHINE UI menulis, agenda muslimah, SEF go to UGM, dan lain-lain
6. Rapat evaluasi rutin tidak terjadwalkan; hanya ada rapat incidental
7. Suasana dakwah, ghirah ekonom rabbani, nilai-nilai ruhiyah kurang ditekankan
8. Diskusi Eksyar yang belum focus dalam melayani dan syiar
· BOD – partner digabungkan memaksa partner “roaming” terhadap kajian sehingga tidak tercapainya target agar seluruh SHINErs memahami isu tersebut
· Diskusi bersifat sharing kurang efektif apalagi sering tanpa adanya fasilitator yang professional
· Diskusi masih dalam ranah teori belum praktis atau menyentuh fakta di lapangan
· Diskusi ekslusif SHINE walaupun sebenarnya terbuka untuk umum akibat publikasi telat dan asymmetric information
9. SHINE sesuai namanya Study and Research of Islamic Economic and Business belum mampu mengintegrasikan Kajian dan penelitian sebagai arwahnnya karena fungsi peran yang saling tumpang tindih seperti project.
10. Dan lain-lain
Dari evaluasi saya ini, kedepan saya tetap akan mempertahankan visi SHINE yang turun temurun dari founding father KIAMI dan KEI, yakni “Menjadi kelompok studi ekonomi dan bisnis islam terdepan yang menempatkan UI sebagai role model aplikasi ekonomi dan bisnis islam di Indonesia” dalam kapasitasnya sebagai manifestasi FSI FE UI. Dengan mengusung misi, sebagai berikut.
1. Berperan aktif dalam memajukan ekonomi dan bisnis islam dalam tataran konsep dan praktis di tingkat UI, nasional, dan internasional dengan memanfaatkan Teknologi Informasi.
2. Mengembangkan dan memperkuat hubungan antara Shine UI dengan KSEI lain, FoSSEI, alumni dan lembaga-lembaga serta tokoh ekonomi dan bisnis islam baik di dalam maupun di luar negeri.
3. Menjadi inisiator dan mitra dalam upaya penguatan ekonomi dan bisnis islam sebagai core competence FSI FEUI.
4. Menciptakan kajian ekonomi dan bisnis islam yang berkualitas dan bermanfaat.
5. Mengembangkan potensi pengurus dan anggota sehingga tercipta sumber daya insani yang profesional dan berdedikasi tinggi dalam dakwah ekonomi dan bisnis islam.
6. Mengembangkan kecerdasan intelektual dalam atmosfer kekeluargaan dan keislaman.
7. Menciptakan regenerasi yang mantap dan berkesinambungan.
 
Dengan model SHINE baru yang saya tawarkan kepada FSI FE-UI, yang mengedepankan kajian dan riset dan berharap kelak peran project, humas, media, SDM (kaderisasi ) ekonomi islam yang dulunya dipaksakan lekat di SHINE dapat diambil alih secara bertahap dan bisa dijawantahkan kepada divisi FSI bersangkutan. Semoga ghirah ekonom rabbani tidak hanya dirasakan SHINErs saja api juga FSIers.

FE Madani, in harmonia progressia!!!!=D

Tidak ada komentar:

Posting Komentar