Senin, 01 Februari 2016

Maukah Engkau Memerangi Allah dan RasulNya?

Seminggu yang lalu saya baru saja melontarkan pertanyaan ke beberapa grup WA yang saya anggap RELIGIOUS. Pertanyaannya sederhana: Siapa yang belum punya akun bank syariah atau masih punya akun bank konvensioanal?

Saya hanya ingin tahu bagaimanakah teman2 yang pada dasarnya paham syariah bahkan pernah atau masih bergerak didakwah islam menanggapi keberadaan bank syariah? Hasilnya sudah bisa saya prdiksikan. Masih banyak yang belum punya dan masih banyak pula yang berada di 'dua hati'.

Saya tidak dalam posisi menyalahkan siapapun. Karena fakta ini merupakan salah semua pihak. Kita sendiri,guru guru kita,pemerintah kita regulator kita,bahkan institusi keuangan syariah itu sendiri.

Namun izinkan setidaknya sembari menunggu pihak2 lain berubah,kita sebagai individu dulu berusaha berubah. Bukankah Allah tidak akan merubah suatu kaum,jika perubahan itu tidak berasal dari kitanya sendiri terlebih dahulu?

Baiklah,mungkin Ada yang terpaksa masih memiliki rekening bank konvensioanal karena memang keterpaksaan  aturan. Seperti rekening beasiswa dan rekening kantor. Untuk teman2 di kelompok ini,alangkah baiknya jika saya sebagai sahabat boleh sedikit berpesan:
1.Gunakanlah bank konvensionalnya hanya untuk menerima beasiswa atau gaji
2.Selalu ingat kapan tanggal gajian atau beasiswanya turun dan SEGERA HARI itu juga ditransfer ke rekening yang lebih berkah (bank syariah). Minimalisir kesempatan bank konvensional untuk dapat memnafaatkan uang kita sebagai bagian dari aktivitas ekonomi riba (yang tidak diberkahi). Bahkan sejam uang tersebut didalam rekening konvensional sobat, cukup untuk membantu mereka menciptakan laba yang tak berkah.

Untuk teman2 yang keterpaksaan memiliki rekening konvensional bukan karena faktor paksaan dari luar. Semisal bisnis atau kemudahan bertransaksi. Alangkah baiknya teman-teman berpikir dua kali lagi. Jika boleh sekadar berbagi pesan,coba tengok Alquran teman-teman. Coba tengok dan tadaburi dalam dalam bagaimana pesan surah Albaqarah 274-281. Saya tidak punya ilmunya tentang ini. Namun jika boleh berbagi tadaburan pribadi,rangkaian ayat-ayat ini cukup membuat saya takut akan riba.

Setidaknya ada beberapa pesan penting yang saya dapatkan bagi saya pribadi:
1. Siapa yang berinfak malam dan siang rahasia maupun sembunyi,maka pahalanya langsung dari Rabb:)
Dan kita tak akan pernah khawatir,takut,bahkan bersedih :)
2.Sungguh akan ada masa ketika orang berpikir bahwa riba sama saja dengan jual beli. Tidak ada yang salah,menurut keterbatasan pemikiran mereka. Padahal Allah jelas jelas mengatakan bahwa ia berbeda,yang satu jelas haramnya, yang satu jelas halalnya.

Dan benarlah pesan Rasul,bahwa nanti akan ada masa bahwa kita sulit untuk terlepas dari namanya riba :(.

Maka sungguh Allah telah memberikan peringatan pada kita. Ada yang menanggapinya dengan segera,lalu meninggalkannya. Ada yang mengabaikannya bahkan mengulanginya. Maka dari Rabb pulalah balasan.
Maka lidah ini cukup takut mengetahui bagaimana murkanya Allah:Dia dibangkitkan dari kubur dalam keadaan hina lagi menderita seperti kemasukan setan karena gila. Naudzubillah:(. Dan tentulah neraka akhirnya.

3. Allah menghapuskan riba,menutup buku untuk aktivitas itu dan memberi pahala berlipat lipat untuk kita yang bersedekah. MasyaAllah:)
Tidaklah masih ada yang ingkar dan masih saja berbuat dosa besar ini. Sungguh Rabbku tidak menyukainya

4.Di ayat 277 kemudian Allah menyebutkan rentetan ibadah orang orang yang beriman ( Alladzi na 'aamanu; karena "beriman" disini menggunakan fi'il atau dalam bentuk verb,berarti bisa dikatakan sifatnya temporer ). Namun untuk orang orang seperti ini saja, Allah pun kasih pahala:) Alhamdulillah wa syukurlah

5.Namun ayat 278-279,kembali menggoncang kebahagiaan saya. Saya memaknai ayat ini sebagai tamparan untuk tidak cukup hanya punya menjadi orang beriman2 (dalam bentuk fi'il/verb yang maknanya temporer saja), tapi harusnya kita menjadi yang lebih baik, yakni orang orang mu'minun (dalam bentuk isim, yang maknanya permanen). Dan orang orang yang didambakan firdaus inilah orang orang yang  meninggalkan riba yang dulu telah terlanjur dilakukan.

Namun,masih ada saja yang tidak mengerjakan perintah Allah tadi,maka Allah dan Rasulullah mengumumkan perang dengannya.Perang kepada Allah!!!??

Sobat,jika boleh ditadabburi,ayat2 ini disampaikan keras kepada kita untuk orang beriman2 (Ya Ayyuhalladzi na'amanu),bukan selain itu.
Bukanlah seolah Allah ingin menyampaikan bahwa justru kita yang mengaku beriman ini yang justru mengabaikan perintahnya untuk meninggalkan riba dan menyuburkan sedekah? Naudzubillah.

6.Setidaknya itu yang saya pahami dari ayat ini. Dan Dia telah memerintahkan kita takut pada hari pembalasan saat tiap2 diri ditanya tentang apa yang diperbuatnya dan mengapa dia memperbuatnya.

Sobat,jika boleh bertanya manakah yang lebih kita pilih " Bersedekah pada yang haram walau sedikit ataukah bersedekah pada yang halal lagi berkah,tapi banyak bahkan kadang hati ini tak rela"?

Seperti itu jugalah perumpamaannya mungkin. Jika teman teman masih beraktivitas dengan konvensioanal karena ingin kemudahan,ibarat bersedekah kepada mereka,tanpa disadari.

Namun jika akhirnya kita dengan berat hati atau lapang hati rela bertransaksi syariah,dengan segala kekurangannya kini,dan segala ketidakkerenannya kini dibandingkan konven,cukuplah kesulitan dan biaya2 tambahan itu teman-teman anggap sedekah di jalan Allah.

Semoga melalui sedekah teman-teman,teman teman membantu membuat perubahan luar biasa bagi institusi syariah yang sedang berjuang dijalan Allah,tanpa mereka sadari atau tidak.

Wallahu'alam
Salam maaf atas ilmu yang terbatas


Hint: Awalnya saya ingin menanggapi hasil pertanyaan saya dengan tulisan yang sedikit ilmiah. Namun rasanya masalah seperti ini biarlah kita mendengar jawaban lansung darinya,bukan? Biarlah Alqur'an yang menjawab:) dan kita mendengarkan...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar